CORDOVA bisa menjamin, jika kita ingin bangga dengan apa yang pernah diraih oleh Islam, maka datanglah ke negeri Andalusia, terutama bentangan indah kota Cordoba dan pelosok kota yang bergaris lurus dengan apa yang pernah Islam lalui. Setiap jengkal tanah, berhembus nafas Islam yang kental. Mozaik yang begitu indah, detail dan mengagumkan tak kan pernah memjemukkan mata. Setiap lirikan pada satu bangunan islam modern, maka kan ditemukan jiwa Islam sesungguhnya, indah, bersinar melalui perpaduan artistic yang mencengangkan. Suguhan luarbiasa itu bukan hanya bentukan lahir dari alam-nya saja, tetapi ‘nafas’ gilbartar yang kerap membahana pada semangat jiwa yang melangkahkan kaki di tanah ini. Karenanya, kami (Cordova) memiliki konsentrasi khusus bagi Anda yang menginginkan pertualangan langka dalam menapaki masuknya Islam di dataran Eropa. Semangat Cordoba yang selalu “haus” ilmu pengetahuan perlu menjadi jawaban atas kelemahan-kelemahan yang terjadi di dunia muslim saat ini. Harus dihilangkan asumsi muslim sebagai yang terbelakang, gagap teknologi, dan malas berpikir (rasional dan ilmiah), terlebih di apatis pada kondisi yang terjadi.
Beberapa kali kami mengantarkan jamaah untuk bisa menikmati bagaimana Islam modern sesungguhnya. Meski hanya terpampang pada situs dan bangunan kokoh nan indah, namun cukup bagi kita -yang memiliki nalar- untuk bisa memastikan bahwa Islam is everything. Bangga menjadi muslim, bangga menjadi bagian dari sejarah manusia yang pernah merasakan tapak pada lintasan keagungan Islam. Tidak bisa disamakan (tentunya) jika kita membandingkan antara Cordoba dan Makkah (tanah suci), karena memang value dari ke dua kota itu berbeda. Tanah Suci adalah tanah dimana Islam berkembang, tanah mulia yang terdapat Baitullah. Tetapi Cordoba adalah result dari perjuangan Islam itu sendiri.
Jika menilik sejarah, selain peradaban Baghdad di bawah Dinasti Abbasiyah, Islam mencapai kecemerlangan ketika fase Cordoba dalam naungan Bani Umayyah. Dua peradaban itu, Baghdad dan Cordoba, pernah menjadi pusat kekuatan di dua kutub Islam: Timur dan Barat. Nama-nama besar seperti Marshal Hodgson, Karen Armstrong dan Montgomery Watt pun harus mengakui Islam Baghdad dan Cordoba sebagai catatan sejarah “peradaban emas” (the golden civilization) Islam yang menjadi “kiblat” peradaban lain, termasuk Barat, dalam progresivitas pemikiran, seni, keilmuan, teknologi, dan kebudayaan.
Cordoba yang menjadi ibu kota kekaisaran Andalusia (Spanyol), awalnya ditaklukkan Tariq Ibn Ziyad melalui selat Giblatar (Jabal Tariq) dengan panglima perangnya, Musa bin Nusair. Kedatangan Islam di Spanyol merupakan titik penting bagi penyebaran Islam di Eropa. Karena itu, Spanyol dianggap sebagai gerbang pertama masuknya Islam di Eropa.
Kedatangan Islam di Spanyol tidak terlalu banyak “menghabiskan darah” seperti “ekspansi” Islam ke wilayah-wilayah lain. Karena itu, selama memasuki Andalusia (Spanyol), satu-satunya peperangan yang dialami pasukan Islam di bawah Tariq dari tahun 711 sampai 714 M, adalah peperangan dengan pasukan Raja Roderick, raja Kristen yang memaksakan keyakinan Trinitas kepada kaum Nasrani Aria yang lebih meyakini Nabi Isa sebagai utusan Tuhan semata.
Ini menjelaskan bahwa perkenalan Islam di Spanyol bukan dengan kekerasan, melainkan secara damai dan toleran. Karena itu, Watt (1992) kemudian mencoba meluruskan Islam yang tidak menakutkan, kejam, dan amanusiawi yang acapkali dipersepsikan oleh para orientalis. Watt juga menuliskan bahwa tidak adanya sekat pembatas antara ilmu pengetahuan, etika dan ajaran agama di Cordoba menjadikan Islam cepat meraih kejayaan Andalusia (Spanyol). Antara pengamalan syari’at dan riset ilmiah dapat dibersamakan. Islam Cordoba merupakan Islam otentik sekaligus modern. Tidak ada “saling kunci” antara keduanya.
#Cordoba is mine