Masalah komunikasi di Tanah Suci sesungguhnya menjadi hal yang sangat penting sebagai bekal pengobat rindu para orang-orang yang dicinta. Jangan khawatir, kini teknologi komunikasi dari Tanah Suci ke Tanah Air sangat mudah, dan tentunya dengan harga yang jauh lebih murah dibanding 4-5 tahun kebelakang. Semakin canggih, bahkan di Arafah sekalipun, kita dapat berkomunikasi. Baik melalui video call maupun teleconference menggunakan teknologi chatting. Sama dengan belahan bumi lainnya, di Arab Saudi, revolusi selular berlangsung dengan sama cepat. Tepatnya sejak tahun 2004, saat dominasi Saudi Telecom Company (STC) dipatahkan oleh Etihad Etisalat dengan Mobily-nya. Pemain-pemain lain masuk kemudian, antara lain yang mengemuka adalah Zain dan Etihad Atheeb Telecom yang masuk pasar pada Juni 2009. Namun memang, tak ada yang bisa menyaingi STC yang kini menjadi operator terbesar dengan jumlah pelanggan terbanyak di jazirah Arab. Ekspansinya bahkan sampai ke Indonesia. Keluar masuknya jamaah untuk berhaji dan berumrah sepanjang tahun menambah pasar seluler di Arab Saudi semakin bergairah.
Tak bisa dinafikan, marketing mereka turut terdongkrak oleh para jamaah ini. Bagi operator telepon selular, mereka (jemaah haji) adalah pasar yang tak boleh diremehkan. Maka begitu memasuki Bandara King Abdul Aziz Jeddah atau Bandara Amir Mahmud Madinah, persaingan itu kental terasa. Masing-masing operator berusaha memikat hati jamaah calon haji dengan membagi-bagikan sovenir gratis. Kadang berupa payung, besok lagi berupa tas, topi, bahkan rompi. Memasuki checkpoint menuju Makkah, kita akan membaca baliho besar masing-masing operator. Terlihat mencolok, karena berbeda dengan baliho lain yang berbahasa Arab, baliho mereka menggunakan bahasa Inggris. Isinya, “rayuan” untuk menggunakan kartu prabayar mereka. Bahkan seperti Mobily, mereka berani menawarkan hadiah hingga 1.000.000 Riyal (sekitar Rp 2,4 miliar) bagi pelanggan baru yang aktif melakukan roaming ke negara asalnya menggunakan kartu mereka.
Iming-iming berupa bonus pulsa atau diskon pulsa di jam-jam tertentu juga diberikan. Ada yang menawarkan diskon hingga 50 persen untuk percakapan antara pukul 00.00 dinihari hingga pukul 09.00 pagi. Ada yang menawarkan bonus sama dengan nilai isi ulang pulsa. Walau bila dicermati, kadang-kadang jatuhnya tidak juga menguntungkan bagi pelanggan. Misalnya, bila isi ulang pulsa 10 riyal, maka dalam hitungan menit bonus 10 riyal akan menyusul pula. Jadilah pulsa kita 20 riyal. Namun syaratnya, pulsa itu harus “dibelanjakan” untuk berbicara hanya dalam dua hari saja. Bila tidak, bonus akan hangus.
Selain untuk menelepon, kartu-kartu itu — baik Al-Jawal, Zain, Salwa, Mobily, dan lainnya — hampir semua bisa digunakan untuk berkomunikasi data, baik melalui GPRS (General Packet Radio Services), EDGE 2,75 G (Enhanced Data Rates for Global Evolution), 3G, hingga koneksi UMTS (Universial Mobile Telecommunications Systems). Namun, kita perlu mencermati paket harga yang ditawarkan oleh masing-masing operator. Bagi para Blackberry mania, tak perlu khawatir pulsa jebol. Tinggal datang ke kantor perwakilan operator yang bersangkutan dengan nomor lokal yang sudah kita miliki, lalu menyerahkan paspor atau data pribadi kita untuk diverifikasi, maka berinternet sepanjang hari bisa lancar tanpa gangguan. Biayanya, hanya Rp 99 riyal perbulan.
Soal kecepatan koneksi, bisa diadu. Al Jawal dan Mobily, misalnya, bisa menyediakan koneksi data hingga 140,8 kbit permenit dengan GPRS mereka. Sedang untuk E-GPRS (EDGE), bisa lebih cepat lagi, hingga 246.8 kbit permenit, memungkinkan kita untuk ber-video call- dengan keluarga di Tanah air. Sebetulnya, tetap “menghidupkan” kartu yang dibawa dari Tanah Air juga bisa, namun pulsanya ampun-ampunan. Bisa jebol tagihan di akhir bulan karena harga roaming yang mahal. Sekali SMS saja, bisa hingga Rp 5.500. Untuk menelepon, terbayang kan, berapa rupiah yang harus kita bayar (?)
Dengan demikian, saat jemaah meninggalkan keluarga di Tanah Air, bisa terus terpantau menggunakan teknologi komunikasi ini. Tetapi, meski kemudahan fasilitas itu semakin terbuka, kita jangan pernah lengah dengan mengontrol diri, bahwa kita sedang berada di Tanah Suci untuk beibadah. Bagi yang maniak situs pertemanan Facebook misalnya, tidak salah untuk meninggalkan terlebih dulu sehingga kekhusyuan ibadah, tidak pula terkontaminasi oleh hal-hal yang bisa berakibat buruk. Semua fasilitas itu cukup untuk mengetahui kabar keluarga di Tanah Air, sehingga kelak kemabruran kita senantiasa terjaga. Yaa Rabb!