Anda pasti tidak asing dengan bola bekel, bola berbahan karet yang mampu dilempar ke mana pun tanpa pecah atau hancur. Ia memiliki daya gravitasi yang similar dan fleksibel. Seperti hukum wujudnya, semakin dilempar ia akan semakin bergerak dengan cepat, tanpa mengurangi tekanan yang ia miliki. Sehingga mampu menahan berat dan menjaga kestabilitasannya. Berbicara bola bekel dan segala keistimewannya seolah memperbincangkan salah satu crew Cordova yang satu ini, ia adalah Adi Juhana.
Mengapa mendeskripsikan pria kelahiran Bandung ini dengan bola bekel (?) Seketika pasti Anda memilki pertanyaan seperti itu. Adalah kerja keras, tanggung jawab dan tahan bantingnya-lah yang membawa sosoknya sebagaimana filosofi bola bekel tersebut. Kendati kerap menampakkan raut muka yang ‘lelah’ ia selalu siap ditugaskan apa saja. Ia pun selalu bisa menempatkan teksture kelenturannya atau kefleksibelan-nya, walaupun posisi yang ia jalani tidak stabil atau berkelu. Bukan kang adi namanya, sapaan familiar para sohibnya di kantor. Laiknya ‘Bang Thoyyib’ yang -terkadang berhari-hari belum pulang sebelum kerjanya selesai. ‘Pantang pulang sebelum kelar’ Adalah pedoman kerjanya.
Berbadan sedikit subur, berambut cepak, berkaca mata hitam dan terkadang berpenampilan bak seorang patroli yang memburu buron. Sekalipun kang Adi terlihat seram, tapi sebenarnya ia orang yang senang bercanda, Rame dan juga pakar dalam membicarakan otomotif. Raut mukanya menggambarkan perjalanan hidupnya penuh dengan perjuangan, yah perjuangan tuk menggapai cita setinggi langit. Bapak beranak dua putri ini adalah pecinta unggas berjenis burung. Burungnya banyak, kicauannya indah, terkadang ia sengaja mencari dan membeli burung dari luar kota. Bukan sebatas hobi, memelihara burung baginya merupakan suatu warna lain dari kehidupannya.
Dibesarkan dari keturunan sunda tulen, kang Adi kini menjelma menjadi seorang ayah yang tidak pernah lelah mengejar asa. Pundaknya yang terbilang penuh dengan amanah tidak membuat dirinya terkapar, justru semua itu dijadikannya upaya untuk terus bersemangat. Tanpa mengeluh atau merubah takdirnya menjadi pecundang yang sering mencaci hidupnya sendiri. Hanya perlu disyukuri dan dinikmati sepenuhnya. Apalagi saat ini kang Adi ditugaskan sebagai tim produksi CAN, sejumput harapnya bisa melaksanakan tugas dengan amanah. Kini bersama istri dan kedua anak perempuannya kang Adi ber-idul fitri di kampung halamannya, rasanya burung-burungnya pun ikut mudik, karena pantang baginya meninggalkan hewan yang dicintanya tanpa makan dan minum sehari pun. Happy Eid Kang!