Ini adalah kisah cinta paling setia sepanjang sejarah, tidak dapat dibandingankan dengan kisah Qais dan Laila, tidak pula dengan kisah Romeo dan Juliet, karena kisah ini tidak hanya berakhir dengan pernikahan yang dianggap sebagai puncak kreasi cinta anak manusia, cinta yang sebenarnya adalah yang berkesinambungan, walaupun salah satu dari dua insan itu sudah tiada, maka kisah cinta yang paling agung adalah kisah cinta junjungan kita, Nabi Muhammad SAW kepada Siti Khadijah. Cinta yang luar biasa, terus berlanjut hingga ibunda Khadijah meningalkan dunia yang fana ini.
Ketika penaklukan Makkah, banyak orang yang mengelilingi Rasulullah saw, semua orang Quraisy datang minta maaf kepadanya, tiba-tiba saja beliau melihat seorang nenek yang sudah sangat tua, datang dan ingin bertemu dengannya. Rasulullah SAW meninggalkan kumpulan manusia yang ada di sekelilingnya dan berdiri menyambut kedatangan sang nenek, dia ajak berbicara dan duduk disampingnya, melihat kejadian itu, Siti Aisyah bertanya, siapa gerangan nenek tua itu, dan Rasulullah SAW meluangkan waktu dan berbincang-bincang dengannya serta konsentrasi menghadapinya (?)
Rasulullah menjawab: “Ini adalah sahabat Khadijah”.
Aisyah kembali bertanya: Apa yang engkau bicarakan dengannya Wahai Rasulullah (?)
Rasulullah menjawab: “Kami membicakan hari-hari yang indah bersama Khadijah”.
Ketika itu timbullah rasa cemburu dalam diri Aisyah, lalu ia berkata: Apakah engkau masih mengingat-ingat orang yang sudah tidak ada, sementara ALLAH telah memberikan ganti untuk mu.
Maka Nabi menjawab: “Demi ALLAH, ALLAH tidak pernah menggantinya dengan seorang perempuan yang lebih baik darinya, dia banyak memberikan bantuan moral dan material, dia melindungi aku, ketika penduduk Makkah ini mengusirku, dia membenarkan aku ketika manusia mendustakan aku”.
Aisyah merasa bahwa Rasulullah agak marah, lalu dia berkata: Minta ampunkanlah aku kepada ALLAH wahai Rasulullah.
Maka Nabi menjawab: “Minta ampunkanlah bagi Khadîjah, baru aku akan memintakan ampun bagimu”.
(HR. Bukhari)