What next after Umrah (?) Selepas pulang umrah dan mendapat pencucian dosa akan muncul beragam pertanyaan menggelitik. Mengapa tak kunjung bertambah ibadah dan amal kebaikan kita (?) Hal menarik untuk dikupas, kenangan saat tobat, munajat, dan janji-janji terucap sewaktu umrah dahulu. Pepatah “habis gelap terbitlah terang”, semestinya melekat dengan kalimat “Pasca Umrah”. Selepas mendapat pencerahan, muncul tekad untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Dalam hal apapun. Dapat dibayangkan, jutaan muslim sedunia pulang dari umrah dan haji, kembali ke negara masing-masing dengan membawa perubahan. Tidak heran, dahulu, gerbong kereta yang mengangkut jemaah haji, dipisahkan dari gerbong biasa oleh Penjajah Belanda. Mereka khawatir sepulang haji, rakyat jelata akan diprovokasi oleh Jemaah haji untuk melawan penjajahan.
Jika terlalu berat memikirkan apa sumbangsih kepada umat sepulang berumrah ataupun haji. Maka mulai-lah dari yang kecil, dari perubahan dalam diri kita dan hal-hal kecil lainnya.
Yang pertama, mungkin kita bisa memulai dan konsisten menjalankan dari hal yang kecil, sandal misalnya.
Untuk perkara yang baik-baik, hendaklah mendahulukan yang kanan, termasuk memakai sandal atau sepatu. Berbeda ketika melepas sesuatu atau memulai sesuatu yang jelek, maka hendaknya dimulai dari yang kiri. Sebagaimana Rasulullah saw. Bersabda, “Jika kalian memakai sandal maka dahulukan-lah kaki kanan, dan jika melepaskannya, maka dahulukanlah kaki kiri. Jika memakainya maka hendaklah memakai keduanya atau tidak memakai keduanya sama sekali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian pula disampaikan oleh Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika menyisir rambut dan ketika bersuci, juga dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi mengatakan, “Mendahulukan yang kanan adalah ketika melakukan sesuatu yang mulia (pekerjaan yang baik), yaitu saat menggunakan pakaian, celana, sepatu, masuk masjid, bersiwak, bercelak, memotong kuku, memendekkan kumis, menyisir rambut, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut, memberi salam dalam shalat, mencuci anggota wudhu, keluar kamar mandi, makan, minum, bersalaman, mengusap hajar Aswad, atau perkara baik semisal itu, maka disunnahkan mendahulukan yang kanan.
Yang kedua dari perubahan yang dapat kita lakukan adalah mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk melakukannya. Kita dapat memulainya dari keluarga atau teman. Mungkin melalui lisan, media sosial, dan lain-lain. So, think global, act local. Semoga kita takkan lupa sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa menunjukkan (orang lain) pada sebuah kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti pahala pelaku kebaikan itu” (HR. Muslim).
Yang ketiga adalah mengulang kegiatan pertama dan kedua. Mungkin perihal lain seperti bersiwak/menggosok gigi, shalat berjamaah, bekerja, berpolitik, bisnis, sampai bernegara. Simpel bukan (?)
(Dari Berbagai Sumber)