smartJOURNEY Marocco – Spain
Menikmati teh ala menthe, atau teh mint khas ala Maroko adalah kenikmatan yang khas. Terlebih dinikmati saat suhu dingin menyapa, rasanya tenggorokan lega, dan badan menjadi hangat. Di hotel, di jalanan, di restoran, bahkan di jalanan banyak ditemukan teh ala menthe ini, ada yang gratis ada juga yang harus bayar. Rasanya seperti teh hangat biasa, namun dicampur dengan mint, jadi sedikit pedas. Tetapi karena suguhannya yang khas, maka kita benar-benar berasa menikmati minuman khas Maroko di negeri aslinya. Cangkir kecil dengan teko unik khas Arab, ditambah cara menuangkannya ala ‘Bartender’ dengan mengangkat tinggi-tinggi teko-nya, menjadi ‘secuil’ bagian cerita di Casablanca. Yang paling menikmati minuman dan makanan khas Maroko adalah Mas Diza, maklum beliau sangat familiar dengan makanan Maroko. Konon teman dekatnya di London, selagi menimba ilmu S2 adalah orang Maroko Asli. Wajar jika rasa Maroko pernah ia ‘kenal’ sebelumnya.
Setelah mengunjungi Masjid Hasan II, yang mengingatkan kita pada Masjid Terapung di Jeddah, Saudi Arabia. Karena letaknya di samping laut, bedanya jika masjid ‘Terapung’ itu akan tampak mengapung jika air laut pasang, berbeda dengan masjid Hasan ini, yang memang setengah bangunannya berada di atas laut. Sehingga memang benar-benar setengah ‘badan’-nya berada di atas laut Mediterania. Jika berkesempatan, di dalam masjid tepat ditengah-tengahnya, akan tampak air laut dibawahnya, karena bagian kecil masjid itu beralas kaca. Sayangnya, saat itu alas kaca yang –juga- tempat jalan Raja masuk menuju masjid itu sedang ditutup. Di lain kesempatan, semoga kita bisa menyaksikan betapa indahnya masjid itu dengan bagian alas berkaca jernih, mirip dengan istana Nabi Sulaiman, beralas kaca yang dibawahnya mengalir air,-mungkin- hanya ada dalam imajinasi kita.
Semua jemaah juga merasakan bagian arsitektur ‘tua’ di kota ini, ya Old Medina namanya. Old Medina adalah salah satu bagian dari Casablanca yang merupakan ‘kota’ dengan arsitektur lama. Terdapat banyak sekali kios yang menjual berbagai macam barang, mulai dari souvenir khas Maroko yang berasal dari berbagai kota. Seperti permadani khas dari Rabat, keramik dari Safid, bordiran dari Fez, perhiasan perak dari Tiznit, kuningan dari Casablanca dan lain-lain. Lagi-lagi, semua jemaah, terutama Pak Marsudi sebagai penikmat arsitektur kota, sangat menikmati ketika berada di Old Medina. Arsitektur bangunan dan labirin yang klasik sangat kontras dengan bangunan yang ada sekitarnya. Namun masih tampak harmonisasi antara bangunan-bangunan itu.
Tidak jauh dari tempat itu, terdapat sebuah lingkungan asri dan bersih bernama Quartier des Habous. Dimana mozaik-mozaik Islam khas Maroko menempel kokoh dengan bangunan klasik. Terdapat banyak labirin untuk memasukinya, bagian Ibu Siti Rochayah yang berdecak kagum atas keindahan mozaik-mozaik Maroko. Bersama dengan anak cucu tersayang, beliau banyak mengabadikan setiap pojok bangunan klasik. Keceriannya tampak jelas dengan senyum khasnya.
Dokter Didik dan juga Mbak nora, kerap menjadi pemicu gelak tawa semua keluarga, meramaikan saat hening dan banyak suasana yang hangat dimunculkan. Keceriaan, kebersamaan dan kasihsayang diantara keluarga ini begitu indah terasa. Casablanca menjadi awal dari perjalanan penuh cinta ini
To be continued