“Kesungguhan dan potensi diri adalah master keys dalam menciptakan kesuksesan nyata” –Cordova Founding Father–
Kami selalu diajarkan untuk senantiasa stand by dalam menjalankan tugas, memberikan service detail yang excelent. Namun juga kami selalu diberikan kesempatan untuk meng-Upgrade diri serta mengelola potensi yang ada dalam diri setiap kami. Menikmati teknologi serta kosmetik yang membuat kinclong diri. Terkadang semua kemampuan tergadai oleh sikap ‘kasih’ yang teramat jembar. Meski –sedikit- jika tidak dikatakan tanpa kontribusi bagi roda Company, namun semuanya kami nikmati dengan penuh rasa. Dalam kacamata bisnis, -tentunya- semua hal itu membutuhkan konsekwensi yang tidak murah bagi sebuah company. Betapa tidak, di saat company membutuhkan result matang dari setiap skill yang terlahir dari background semua individu –kemampuan akademis-, tetapi ladang menuju pembenahan diri begitu luas. Kesempatan yang merata tuk menata jiwa dikala dunia kerja di depan mata.
Diperlukan sikap tanggungjawab pada setiap episode yang terlakoni. Jika para ahli agama bilang ‘Gusti ALLAH ora sare’ dalam menyikapi keikhlasan kerja, maka cukuplah bagi kita selain keyakinan itu dengan mempatrikan diri bahwa semua yang kita lakoni bermanfaat bagi diri kita sendiri. Permasalahannya, bagaimana menyeimbangi potensi diri dengan tuntutan kewajiban yang terus update, menuntut perkembangan inovasi yang terlahir dari jiwa kreativitas. Merangkak, berjalan atau berlarikah kita tuk menggapainya (?). Disinilah substansi sebenarnya, ketika skill –senantiasa- menjadi komando diri dalam menciptakan kemandirian kerja. Merancang strategi yang membumi dengan kualitas skill yang mumpuni. Tiada lagi menampakkan muka memelas belas kasih untuk diberdayakan, kini eranya skill yang bermain. Meng-upgrade diri atau tergilas zaman.
Itulah yang Rasulullah SAW ajarkan kepada umatnya, bahwa hidup dikasihani tidak lebih mulia dari hidup yang mengkasihani diri sendiri, menyayangkan diri jika tak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi hidup. Sehingga ia tergerak dan melakukan up-grade tuk menghadapi segala tantangan zaman yang digelutinya. Tidak hanya menanti belas kasih tuk meng-survive-kan hidup hanya karena telah melakukan ‘kewajiban’ biasanya. Namun enggan tuk melakukan terobosan ‘kewajiban’ luarbiasa.
Strategi yang membumi adalah sebuah konsep yang terurai dari manusia-manusia cerdas tuk mempetakkan segala permasalahan yang dihadapi. Memberikan solusi atau jalan tuk memuluskan misi kebersamaan. Tentunya dengan menyimak semua aspek riil yang mendukung jalannya misi tersebut. Tanpa mengada-ngada, terlebih terjebak pada sebuah retorika komunikasi yang selalu mentok dengan aksi.
So’ mari bersama-sama tuk menjemput anugerah ALLAH SWT tuk membuka, menggali, mengenali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi diri yang –sejatinya- telah lama berada dalam diri setiap kita.