Makkah – Masjidil Al Haram, masjid yang memiliki nilai tinggi bagi umat Muslim di seluruh dunia, khususnya karena keberadaan Ka’bah atau Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul ‘Atiq (Rumah Kemerdekaan) yang permulaannya dibangun para malaikat itu ada di dalamnya. Untuk itu berjuta-juta umat Muslim mendatangi Baitullah setiap musim Ibadah Haji di Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi. Saat ini, guna membuat nyaman para Tamu Allah dalam melakukan beribadah, khususnya pada musim haji, pemerintah Arab Saudi melakukan sejumlah perombakan Masjidil Haram dan proyek pembangunan di sekitar kota Makkah ini. masih banyak proyek pembangunan seputar Masjidil Haram yang terus dilakukan selama 24 jam setiap harinya. Bahkan, ketika waktu salat pun, bunyi traktor dan becho menghancurkan batu-batu gunung terus berbunyi. Pemolesan untuk sentuhan akhir bangunan di areal Masjidil Haram pun terus dilakukan. Namun, semua itu tidak membuat buyar konsentrasi ratusan, bahkan jutaan jamaah calon haji yang datang ke Masjidil Haram.
Bagi jamaah calon haji yang baru pertama kali datang ke kota suci, mungkin hanya bisa melihat begitu luas dan eksotisnya Masjidil Haram dan bangunan mewah nan megah di depannya. Tapi bagi jamaah yang sudah berulang kali melakukan ibadah Haji, mungkin merasa ada yang kehilangan. Bila 2 tahun lalu jamaah calon haji bisa melihat hiruk pikuknya pusat perdagangan di Jalan Al Gudaria yang berada di antara Kampung Qararah dan Suq ul-Lail, yang jaraknya 50 meter dari Masjidil Haram. Di jalan itulah dulu ada sebuah pasar tradisional yang disebut Pasar Seng sepanjang 300 meter. Pasar Seng yang dulunya selalu menjadi tempat favorit jamaah Indonesia berbelanja, saat ini menjadi tempat terbuka dan tinggal kenangan. Namun belum terlihat ada bangunan. Hanya puluhan kios yang memberikan layanan potong rambut masih berdiri berjejer, namun sifatnya tidak permanen.
Bangunan ini setiap saat bisa digusur. Tidak ada lagi toko yang menjajakan tasbih, tas, pakaian, jam, dan barang elektronik seperti di masa lalu, hanya beberapa bagalah (warung) yang menjajakan minuman yang masih berdiri dengan bangunan yang tidak permanen. Toko yang dulu sangat meriah kini mundur ke belakang. Kenangan satu-satunya yang tersisa, Maulid Nabi, sebuah bangunan yang dulunya merupakan rumah tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Bangunan ini dijadikan perpustakaan dan selalu terkunci rapat dan selalu dijaga askar. “Itu memang jarang dibuka, karena dikuatirkan terlalu dilebih-lebihkan oleh jamaah,” ujar seorang mukimin.
Bukit Batu pun Dirobohkan
Selain itu, sejumlah bukit batu di sekitar depan Masjidil Haram juga menghilang. Salah satu di antaranya Jabal (bukit) Abu Qubais. Saat ini Jabal Abu Qubais, yang letaknya di muka pintu Babusalam Masjidil Haram itu, hilang berganti bangunan Istana Raja Saudi yang tinggi dan megah. Istana ini juga berguna bagi para pemimpin atau tamu negara yang akan beribadah di Makkah.
Pada awal pembangunan di bukit ini ditentang sebagian kalangan umat Muslim. Pasalnya, banyak peristiwa bersejarah yang berkaita dengan Jabal Abu Qubais ini. Sebelum dibongkar dan dibangun Istana Raja, di kawasan bukit ini dulunya merupakan perkampungan, yang banyak dihuni Syeikh (Ulama) dan sejumlah pelajar yang ingin mendalami agama. “Semua sudah hilang. Banyak Syeikh-Syeikh yang pindah ke pinggiran kota Makkah. Ada yang ke Misfalah, Kholidiyah dan Aziziyah,” ungkap seorang mukimin asal Indonesia.
Jabal Abu Qubais yang dulunya dikenal juga dengan sebutan Jabal al Amin (bukit kepercayaan). Karena, Allah SWT telah menyelamatkan batu atau Hajar Aswad ketika topan dan banjir bah dasyat di zaman Nabi Nuh AS. Hajar Aswad kembali ditemukan oleh Nabi Ibrahim AS atas pertolongan Malaikat Jibril, ketika akan membangun Baitullah yang hancur. Bahkan, nama Jabal Abu Qubais ini disebut-sebut dalam sebagian Kitab Tafsir Al Quran, seperti Tafsir Al Jalalain dan Tafsir Al Qurthubi. Dalam tafsir ini disebutkan firman Allah SWT, “Dan serukanlah umat manusia untuk mengerjakan ibadah Haji, niscaya mereka akan datang ke rumah Tuhanmu dengan berjalan kaki, dan dengan menunggang berjenis-jenis unta yang kurus, yang datangnya dari berbagai jalan (dan ceruk rantau) yang jauh,” (Surat Al Hajj, ayat 25).
Tafsir itu yang juga meriwayatkan tentang peristiwa itu dari Ibnu ‘Abbas RA dan Ibnu Jubair RA. Diceritakan setelah Nabi Ibrahim menyelesaikan perbaikan dan pembangunan Baitullah, maka Allah SWT berfirman kepadanya tentang perintah haji. Nabi Ibrahim lalu menaiki Jabal Abu Qubais dan berseru, “Wahai manusia! Bahawasanya Allah telah memerintahkan kamu untuk menunaikan haji ke Baitullah ini, untuk diganjari kamu dengan haji tersebut akan syurga dan diselamatkan kamu daripada azab neraka, maka berhajilah kamu.”
Riwayat lainnya, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW memperlihatkan mujizatnya dari Allah SWT yang membelah bulan menjadi dua bagian. Kejadian itu dipertunjukan kepada kaum musyrikin Makkah. Mereka baru percaya ketika bulan itu benar-benar terbelah dua, satu bagian di atas Jabal Abu Qubais dan satunya lagi di Jabal Qiiqa atau Hindi.
Bila pada tahun-tahun sebelum pembangunan di kawasan ini, para jamaah calon haji sering menaiki Jabal Abu Qubais hanya untuk mengenang peristiwa Nabi Ibrahim AS tersebut. Bahkan, kadang-kadang para jamaah sering bernazar untuk memanggil sanak keluarganya supaya bisa berhaji. Tempat ini sebagain dipapas selain untuk Istana Raja juga untuk pelataran Masjidil Haram.
Selain Jabal Abu Qubais, bukit lainnya yang dikorbankan untuk proyek pembangunan ini adalah Jabal Syamiya yang terletak di sisi utara Masjidil Haram. Saat ini terlihat sejumlah bangunan dirobohkan dan meruntuhkan bebatuan gunung, digali dan dipancangkan beton-beton pondasi.
Begitu juga di Jabal Omar yang terletak sebelah barat daya Masjidil Haram juga segera dirobohkan. Di lokasi ini akan dibangun komplek perumahan dan hotel serta pusat belanja. Selain itu, tempat ini juga akan dibangun tempat perluasan tempat salat yang mampu menampung 120.000 orang. Di bagian tenggara Masjidil Haram, di sekitar Rumah Sakit Ajyad, segera dibangun rumah sakit modern dan pusat kesehatan yang dilengkapi fasilitas gawat darurat.
Menurut sejumlah mukimin yang tinggal di Makah, di luar musim haji, gedung dan perhotelan yang besar diruntuhkan menggunakan dinamit. Dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi, gedung-gedung itu diruntuhkan dalam hitungan menit tanpa menimbulkan kerusakan pada lingkungan.
Yang menarik dari proyek-proyek pembangunan itu, tidak sedikit pun debu berterbangan, kalaupun ada hanya sebatas debu yang beterbangan saat diterpa angin, apalagi masuk ke Masjidil Haram sampai mengganggu jamaah. Karena dalam pengerjaan penghancuran tersebut, para pekerja selalu menyemprotkan air ke bebatuan dan pasir.
Kemungkinan hasil pembangunan baru di kota Makkah ini baru bisa dinikmati pada musim haji berikutnya atau lima tahun ke depan. Proyek besar-besaran oleh pemerintah Arab Saudi yang menelan puluhan miliar Riyal Saudi ini untuk kenyamanan jamaah calon haji.
(Sumber: DetikNews)
Semoga kami sekeluarga segera sampai ke Tanah Suci Makkah al Mukarromah…