The Chapter inside Raudhah
Pagi itu di kota Nabi, udaranya segar dan lumayan dingin, temperaturnya sekitar 19-21 Celcius, hampir sama dengan suhu pagi di kota Bandung. Saat sholat Subuh, perjalanan spritualku kembali terlangkah di pelataran SuciNya. Memulai perjalanan yang kuharapkan menjadi tambal dari kegelisahan hidup. Perjalanan jiwa berbalut rasa, dan perjalanan yang teramat penting dari nilai langkahku. Journey of my life, sarat dengan dinamika. Laksana waktu yang berpacu, semuanya tak pernah henti, begitu pun dengan langkah ini kuharapkan ada cerita cinta yang tak kan pernah padam pada perjalanan ini.
Entah siapa yang memulai –dalam waktu sekejap- terbentuk kerumunan. Jemaah sholat merangsek maju menuju Raudhah, satu sisi terdepan di Masjid Nabawi. Di Masjid Rasul ini, beragam wajah berbeda bangsa, termasuk kami berharap sempat untuk merasakan nikmatnya ibadah di Raudhah, satu dari Taman-Taman Surga yang dikatakan Rasulullah SAW. “Antara rumahku (Makam Nabi) dan mimbarku terdapat taman dari taman-taman surga”.
Raudhah menyimpan rapi kenangan perjuangan Nabi-Nya. Mengejarnya, seperti napak tilas perjuangan Baginda Rasul. Di tempat barokah itu, barisan sahabat Nabi di tempa. Hamparan ketakwaan senantiasa menghiasi Raudhah, dari hari ke hari, dari waktu ke waktu. Dada terasa sesak. Airmata tumpah di Surga-Nya, tak mampu menyimpan kenangan dan keindahan sejarah tanah ini.
Bagi jemaah pria, bisa lebih merasakan bagaimana getaran nafasnya berdetak, ketika menyentuh tirai makam manusia agung berada. Rasulullah bersama dua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Desahan dan gejolak rasanya sangat terasa meski terhalang tembok berukiran indah.
Keindahan yang di rasakan pagi itu benar-benar menyeruak dalam jiwa. Di luar kesadaran, tangisan tersedu sembari berdoa kepada Pencipta Alam dengan keberkahan makhluk termulia Rasulullah SAW, agar suatu saat kami dan keluarga diperkenankan kembali dan kembali merasakan deraian cinta yang penuh berkah di tempat ini.
Masjid ini benar-benar masjid cinta. Tak ada lagi sesuatu yang indah, selain keindahan yang dirasakan saat Allah mencintai hamba-Nya. Masjid yang menyatukan gairah cinta, kepada-Nya, kepada kekasih-Nya dan letupan cinta kepada manusia yang menemani langkah hidup kami.
Yaa Rasulullah…
Engkaulah yang menjadi permata hati kami
Engkaulah yang menjadi mutiara akal ini
Engkaulah yang menerangi kegelapan jiwa ini
Engkaulah yang menunjuki jalan keselamatan
Yaa Nabiyallah…Yaa Rasulallah…Yaa Habiballah
Sholawat dan salam untukmu
Semoga kami dapat bertemu denganmu
Nanti di Yaumil akhir