Series: Abu Bakar As-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama setelah Rasulullah SAW yang wafat pada tahun 11 Hijriyah. Beliau memerintah selama 2 tahun 3,5 bulan. Namanya sebelum masuk Islam adalah Abdul Ka`abah kemudian Rasulullah mengganti namanya menjadi Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Ka`ab at-Taimi al-Quraisy. Abu Bakar termasuk salah seorang yang dijamin masuk syurga. Dari Aisyah ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Ayahmu dijamin masuk surga dan berteman dengan Ibrahim as., Umar bin Khathab dengan Nuh as., Utsman bin Affan denganku, Ali bin Abi Thalib dengan Yahya as., Thalhah bin Ubaidillah dengan Daud as., Zubair bin Awwam dengan Ismail as., Saad bin Abi Waqqash dengan Sulaiman as., Said bin Zaid dengan Musa as., Abdurahman bin Auf dengan Isa ibnu Maryam as., dan Abu Ubaidah bin Jarrah dengan Idris as”.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abu Bakar. Suatu hari rumah Sayyidina Abu Bakar didatangi oleh tiga orang tamu, sedangkan beliau sendiri saat itu tengah diundang makan malam di rumah Baginda. Setelah malam, beliau pun pulang. Istrinya bertanya, “Apakah engkau menghindari diri dari para tamu itu (?)”, “Apakah engkau telah suguhi mereka makan (?)” Abu Bakar balik bertanya. “Mereka enggan disuguhi makan sebelum engkau pulang,” sambung istrinya lagi. “Demi Allah, makanan tidak cukup,” ujar Abu Bakar. Meski begitu Abu Bakar tetap menyuguhi tamunya makanan.
Salah satu tamunya berkata, “Demi Allah, makanan ini bertambah banyak setiap kami ambil. Kami semua sudah kenyang, tapi makanan ini malah bertambah banyak dari sebelumnya”. Abu Bakar kemudian memeriksa dan mendapati makanan tersebut memang tidak habis, tetapi malah bertambah banyak. Lalu, Abu Bakar berkata kepada istrinya, “Wahai saudara bani Farras, apakah ini semua (?)”. Istrinya menjawab, “Tidak salah, makanan ini bertambah banyak tiga kali lipat daripada sebelumnya”.
Di lain waktu, sebelum Islam menyebar ke seantero negeri, ketika Rasulullah sedang shalat, Uqba bin Muadz datang menghampiri Rasulullah dengan sebuah tali. Rasulullah sedang bersujud. Dia melempar talinya melingkari leher Rasulullah dan mencekiknya hingga Rasulullah mulai mengeluarkan suara “aaaakkkhhhh” karena kesakitan.
Ketika hal itu terjadi, orang-orang Quraisy ada disana. Dan tiba-tiba, Abu Bakar As Shiddiq lewat. Dia melihat Uqba mencekik Rasulullah. Lalu dia menghampirinya dan mendorong Uqba. Setelah dia mendorongnya, dia membacakan ayat: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah ALLAH” (Q.S. Al-Mu’min:40)
Apakah alasan kau membunuhnya karena dia berkata “Aku beriman pada ALLAH yang satu (?) Dan dia tidak hanya mengaku-ngaku, tapi dia juga punya banyak buktinya.” Abu Bakar berkata “Jika dia berbohong, maka hidupnya akan runtuh. Kau tidak perlu mengurusnya. Tapi jika dia bicara jujur dan dia benar-benar Rasul ALLAH, apapun yang dijanjikan kepadamu, akan datang padamu.”
Pernyataan ini telah diucapkan seseorang yang hidup di zaman Musa A.S. Ketika Fir’aun menyuruh tentara-tentaranya untuk membunuh Musa AS., ada seseorang dari keluarga Fir’aun yang menyembunyikan keimanannya. Dia mengucapkan pernyataan ini untuk melawan Fir’aun. Dia berkata “Apakah kau akan membunuh Musa hanya karena dia berkata “Aku beriman pada ALLAH yang satu (?)”. Begitulah sifat pahlawan sejati, ketika panutannya berada dalam ancaman, maka ia berani untuk melawannya.
Suatu hari, Ali R.A. sedang memberikan ceramah, dan dia berkata kepada orang-orang “Siapa orang yang paling kuat (?)” Orang-orang berkata “Ali…, kau yang paling kuat.” Mereka berpikir begitu karena Ali selalu siap untuk bertarung melawan siapapun. Siapapun yang ingin melawan umat Muslim. Dia-lah pahlawan pada perang Khaibar, dia pernah menggunakan pintu kastil sebagai tameng. Bayangkan betapa kuatnya dia. Jadi orang-orang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling kuat.
Ali berkata “Aku siap bertarung dengan orang-orang yang menantangku, tetapi Abu Bakar As-Shiddiq melawan siapapun yang menantang Rasulullah SAW. Dia lebih kuat daripada aku.”
Abu Bakar adalah orang yang paling berani dalam umat ini setelah Rasulullah S.A.W. Seseorang dapat menyadari kekuatan hatinya pada perang Badar, Uhud, Parit, Hudaibiyah, dan Hunain. Semua ini cukup untuk membuktikan ketabahan, keteguhannya, dan menguatkan seluruh umat Islam ketika tragedi terbesar menimpa umat Islam, yaitu wafatnya Rasulullah SAW.
(to be continued)