Syukur yang tak terhingga atas segala ni’am ALLAH, smartHAJJ Cordova telah menyelesaikan rukun haji, dan telah menggenggam ‘kunci’ Mabrur. ‘Kunci’ ini yang akan menghantarkan smartHAJJ menuju surga-NYA ALLAH. Ekspresi riang saat berjumpa dengan sanak keluarga nanti adalah aura yang benar-benar tulus atas rasa cinta. Mereka, keluarga jua lah yang nantinya akan membantu menjaga ‘kunci’ ini untuk bersama menghadapi kehidupan selanjutnya. Mari kita terus mengingat ketika kita meninggalkan Baitullah yang agung nanti, sesungguhnya kita tadinya berada dalam hari-hari beribadah kepada ALLAH dan musim-musim pendekatan diri kepada-Nya, dan betapa membahagiakannya saat-saat tersebut, akan tetapi apakah ketaatan akan menjadi terhenti saat kita pulang menuju tanah air (?) Dan mari kita terus mengingat ketika kita berada dihadapan ALLAH SWT, disisi rumah-Nya yang agung, juga di hari Arafah dan kehebatannya, serta hari-hari Mina dengan keagungannya.
Pesan seorang ulama besar Al-Hasan al-Bashari tentang jemaah haji yang baru melaksanakan ibadah haji dan kembali ke tanah airnya “Haji Mabrur adalah yang melaksanakan ibadah haji pulang dalam keadaan Zuhud terhadap dunia dan senang terhadap akhirat”. Konsisten dalam ketaatan dan membuka lembaran baru dalam kehidupan kita. Pun menurut mayoritas ulama, bahwa tanda kemabruran haji adalah akan nampak diakhirnya, jika ia pulang menjadi lebih baik dari sebelumnya, maka dapat dipastikan ‘kunci’ kemabruran telah ia raih dengan sempurna.
Ketika tiba di Tanah air, dan kembali ke kampung halaman, sejatinya itulah tempat dimana kita harus lebih bersabar dalam ketaatan. Karena semua yang ada disekitar kita, hanya kemampuan iman dalam diri lah yang bisa menaklukan semua itu. Berbeda dengan di tanah Suci, yang semua seolah telah tersusun rapi dengan kondisi yang mendukung ketaatan kita. Bersabar dalam meneruskan perjalanan hidup paska haji. Karena –sesungguhnya- bersabar dalam ketaatan merupakan tingkatan sabar yang tertinggi. Seorang ulama, Maimun bin Mihran berkata: “Sabar terbagi dua: sabar atas musibah merupakan suatu kebaikan, dan yang lebih utama dari hal itu adalah sabar dalam meninggalkan maksiat”.
Ketika langkah kita telah mengayun dari Tanah Suci kembali ke negeri sendiri, maka sesungguhnya masih dekat masa kita dengan ibadah ALLAH SWT. Sehingga ketika kita menyambung perbuatan tersebut maka akan diharapkan adanya kebaikan kepada kita, oleh karena itu mari kita semaikan jiwa ini dengan penuh semangat, sebelum datangnya rasa malas dan jemu. Pun demikian, ketika kita cenderung kepada rasa malas, niscaya nafsu ammarah (yang selalu menyuruh berbuat jahat), akan menguasai kita untuk selalu berbuat buruk dan mengikis mahligai Mabrur yang tersimpan indah dalam nurani jiwa kita yang paling dalam. Sehingga sirnalah haji kita bersama tiupan angin yang berhembus.
Aktualisasi Kemabruran Haji
Dimensi ukhrowi ganjaran bagi haji Mabrur adalah surga, bahkan hadist Rasulullah lebih tegas mengatakan, “Barang siapa melaksanakan haji di rumah ini (Baitullah) tidak rafast dan tidak berbuat fasik, maka dia kembali seperti pada hari dilahirkan ibunya” (HR. Bukhori). Kata mabrur artinya baik, maka mereka yang berhaji adalah yang selalu berbuat baik. Ada banyak dimensi kebaikan (al-Birru) seperti yang ALLAH jelaskan dalam QS. 2:177. Pertama dimensi keteguhan teologis keimanan kepada ALLAH, Malaikat, Nabi dan hari akhirat. Kedua, memberikan harta kepada kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, orang yang kehabisan perbekalan, dan orang yang tidak bisa membayar utang. Ketiga, selalu menegakkan dan melaksanakan shalat dan zakat. Keempat, selalu menepati janji, dan Kelima bersabar ketika ada hantaman kesulitan dan kemadhorotan.
Mereka yang telah melaksanakan ibadah haji adalah orang-orang yang telah melakukan proses taubat yang panjang dan melelahkan melalui praktik-praktik ibadah ritual-simbolis. Dengan satu target utama adanya perubahan sikap dan moralitas. Jika selepas ibadah haji tidak ada perubahan sikap bahkan kita tetap berada dalam menumpuk dosa, maka berarti sasaran ibadah haji itu tidak tercapai. Bismillah, ‘Let’s Be The Real Hajj!’