Rasanya banyak yang tidak menyadari bahwa jiwa kita setiap hari mengalami kematian. ‘berwisata’ ke suatu alam yang dikenal dengan Barzah. Bertemu dengan roh-roh yang telah tidak ada. Bersenda gurau dan bercengkrama dengan sosok yang telah lama pergi, mungkin orangtua kita, mungkin juga orang-orang yang kita cintai lainnya yang telah wafat. Yah, kita mengalaminya ketika dalam keadaan tidur. Pada saat itu, ruh dikeluarkan oleh malaikat dengan seizin ALLAH SWT dari jasad manusia dan dibawa ke suatu tempat di luar alam dzohir. Seperti firman ALLAH dalam surat Az-Zumar “ALLAH memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka DIA tahanlah jiwa (orang) yang telah DIA tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi kaum yang berfikir” (QS. Az-Zumar : 42).
Maksud spesifiknya adalah orang-orang yang mati itu rohnya ditahan ALLAH, sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya, dan orang-orang yang tidak mati, hanya tertidur saja, rohnya dilepaskan sehingga kembali pada jasadnya. Jika demikian, maka dinding pemisah antara tidur dan mati hanya terletak pada iradah-NYA. Karena pada hakikatnya kita semua mengalami kematian dalam tidur. Mari kita simak bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk berdoa sebelum tidur, “Dengan menyebut nama-MU ya ALLAH aku hidup dan menyebut nama-MU aku mati” (HR.Muslim). Jelas bahwa doa itu adalah doa untuk persiapan kita berada dalam persimpangan antara hidup dan mati.
Pun dengan sunnah Rasul yang mencontohkan kepada kita, sebelum pulas tidur agar selalu berada dalam keadaan suci, atau senantiasa dalam keadaan ber-wudlu, sehingga jika ruh kita tidak kembali menuju jasad duniawi, atau tiba saat ajalnya, maka ruh dan jasad kita berada dalam kesucian air wudlu dalam menghadap-NYA. Itulah kenapa ada semacam spirit umat Islam yang mengatakan ‘Hayatuna Kulluha Ibadah’ (hidup kami semuanya adalah ibadah). Tidur pun menjadi ibadah ketika nama ALLAH senantiasa bersemayam dalam jiwa kita yang akan lepas menuju alam Barzah. Karena kita tidak pernah tahu apakah setelah tidur, kita diberikan kesempatan lagi oleh ALLAH untuk bangun di esok hari, atau meninggalkan keberadaan jasad kita di tengah makhluk-makhluk tercinta, anak dan istri.
Seperti halnya kematian, maka tidur pun sesungguhnya memiliki nasihat. Yah, diamnya adalah nasihat. Tidak pernah berkata-kata, tidak pernah melongok. Nasihat itu bisa membuat kita lupa dengan indahnya dunia. Keindahan-keindahannya tidak diperdulikan lagi, kita menjadi sangat pelupa. Dan meyakini semua itu hanya fana. Bahwa keindahan itu hanya sementara, bahwa hidup itu sebentar saja, bahkan sebelum kita sempat sadar, -bisa saja- ternyata hidup kita telah berakhir. Kematian setiap harinya mengelilingi kita, Malaikat Izrail –tanpa disadari- berada ditengah kehidupan kita, disela kerongkongan nafas kita, menanti waktu tepat untuk mencabut nyawa kita.
Semoga kita diberikan khusnul Khatimah, akhir yang baik dengan kemudahan syakaratul maut. Allahumma Amiin