Muslimah Ditikam Karena Jilbab

Dunia Islam

Ribuan warga Mesir yang berduka, berbaris di belakang peti mati Marwa el Sherbini, Senin (6/7). Marwa, seorang wanita Muslim hamil tiga bulan, ditikam hingga tewas dalam ruang sidang Dresden Jerman. Kejadian penikaman itu berlangsung di depan mata anak pertama Marwa yang berusia 3 tahun. Banyak warga kampung halamannya marah dengan serangan tersebut dan mengutuk respon lembek di Jerman sebagai contoh sentimen rasisme dan anti Muslim. Suami Marwa saat ini terluka kritis akibat serangan Rabu pekan lalu saat ia mencoba menghalangi sang penyerang dan melindungi istrinya. “Tidak ada tuhan selain Tuhan dan orang-orang Jerman adalah musuh Tuhan,” demikian alunan suara para barisan Muslim di belakang peti mati Marwa, 32 tahun, di kota kelahirannya, Alexandria. Di kota itu, tubuh Marwa. dikebumikan setelah diterbangkan pulang dari Jerman. “Kami akan membalas atas pembunuhan terhadapnya, “ujar Tarek el Sherbini, adik kandung Marwa seperti yang dikutip oleh Associated Press lewat telefon. Saat itu ia sedang berada di masjid, hendak melakukan salat jenazah untuk saudarinya. “Di Barat, mereka tidak mengakui kami. Rasisme,” ujarnya meradang.

Dilaporkan si pelaku menikam tubuh Marwa 18 kali hanya dalam waktu 30 detik. Suaminya, yang di Jerman dalam rangka memenuhi beasiswa riset dari Max Planck insititut, langsung membantu dan ditikam pula serta ditembak oleh petugas yang salah mengira ia adalah penyerang, demikian menurut penuturan jaksa penuntut umum Jerman. “Petugas mengira, selama ia tidak berambut pirang, ia pastilah penyerangnya sehingga mereka menembaknya,’ ujar Tarek. Si pelaku, yang hanya diidentifikasikan sebagai Alex W, 28 tahun, masih ditahan dan jaksa tengah melakukan investigasi terhadap tersangka pembunuhan tersebut. Rupanya sidang tersebut merupakan sidang pertama pengajuan naik banding si pelaku. Marwa sebelumnya mengajukan gugatan atas pelecehan dan penghinaan yang pernah dilakukan Alex kepadanya.

Alex beberapa kali melakukan penyerangan dengan mencoba merenggut paksa jilbab yang dikenakan Marwa. Atas tindakan itu, pengadilan Dresden, memberi denda kepada Alex, imigran asli Rusia, sebesar 730 euro, atau sekitar Rp9,85 juta. Tak puas atas putusan sidang, Alex pun naik banding. Dalam persidangan naik banding pertama itulah Alex menyerang Marwa dan menikammnya hingga tewas. Dalam sebuah konferensi pers di Jerman, Senin (6/7) kemarin, jurubicara pemerintah Jerman, Thomas Steg mengatakan serangan tersebut adalah rasis. Pemerintah “mengutuk perubahan tersebut dengan tindakan keras.

Pembunuhan Marwa mendominasi headline di media-media Mesir selama berhari-hari. Sementara di media-media Jerman dan Eropa, kasus itu hanya menjadi sorotan kecil. Tak lebih dari berita satu-dua kolom di halaman kriminal biasa. Kelompok Muslim Jerman mengkritik pemerintah, petugas dan media karena tidak memberi perhatian khusus terhadap kejahatan tersebut. “Insiden di Dresden memiliki motif anti-Islam. Sejauh ini reaksi dari politisi dan media sangat minim,” ujar sekretaris jenderal Dewan Pusat Muslim, Aiman Mazyek, seperti yang dikutip oleh harian Tagesspiegel di Berlin.

Para komentator dari Mesir mengatakan insiden merupakan contoh bagaimana kebencian kriminal terhadap Muslim diperlakukan dalam perbandingan bila tindak pembunuhan itu dilakukan oleh Muslim terhadap Barat. Banyak komentator menuding kasus pembunuhan sutradara Theo van Gogh, oleh seorang fundamentalis Muslim yang marah akibat filmnya melecehkan wanita Islam. Pemimpin redaksi harian Mesir independen El Shorouk, Abdel Azeem Hamad, menyatakan jika korbanya adalah seorang Yahudi bisa dipastikan akan ada raungan besar di dunia Barat. “Yang kami tuntut adalah perhatian terhadap pembunuhan seorang ibu muda tak berdosa di tangan ekstrimis fanatik,” tulisnya dalam sebuah kolom

Seorang blogger Mesir, Hicham Maged, menulis, “Mari kita bermain permainan ‘Bagaimana jika'”. “Bayangkan jika situasi dibalik, dan korban seorang Barat yang ditikam di mana pun dunia–semua Tuhan mengampuni–atau di salah satu negara Timur Tengah oleh ekstrimis Muslim,”. Sementara Asosiasi ahli Farmasi Mesir menyeru memboikot obat-obatan Jerman. Hal itu dilakukan mengingat korban, Marwa, adalah mantan ahli farmasi. Anggota dari kelompok Muslim Jerman dan sebuah kelompok Yahudi terbesar di Jerman melakukan kunjungan gabungan ke rumah sakit Dresden, Senin (6/7) tempat di mana Suami Marwa di rawat. Saat membesuk suami Marwa, sekretaris jenderal Dewan Pusat Yahudi Jerman, Sthephan Kramer, berkata, “Anda tidak perlu menjadi seorang Muslim untuk melawan sikap anti-Muslim dan anda tidak perlu menjadi Yahudi untuk menentang aksi anti-Semitisme,”.

(Sumber: Republika Newsroom)

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *