Nikmat Galau

-The True Story-

BISMILLAHIRRAHMANIRROHIIM

Hanya dengan seijin ALLAH, maka cerita ini mampu saya sampaikan dengan segala kekurangan saya sebagai manusia, dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf apabila cerita ini tidak berkenan bagi siapapun yang membacanya. Tidak ada keinginan apapun dalam menuliskan cerita ini kecuali mengharapkan kedekatan lahir dan batin kepada SANG MAHA PEMBERI KEHIDUPAN, ALLAH SWT, TUHAN UMAT MANUSIA.

Saya bukanlah siapa siapa, saya hanya seorang mualaf yang di perkenankan oleh ALLAH untuk mengunjungi rumah -Nya yang begitu indah, dan travel ***** sebagai perantara ALLAH untuk saya bisa melakukan perjalanan sampai ke Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Dari sejak saya berniat untuk menjalankan ibadah umrah tahun 2012 ini, tiada henti ALLAH perlihatkan kekuasaan dan mukzizat NYA kepada hambanya yang penuh dosa ini, hamba yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan kesalahan selama hidupnya. Saya malu pada ALLAH, seperti rasa malu saya bila keburukan saya diketahui oleh tetangga bahkan lebih, …lebih jauh daripada itu. Saya merasa tidak pantas menerimanya, saya merasa sangat kecil lebih kecil dari setitik debu, merasa sangat kotor.

Hampir setiap saya ingat ALLAH saya menitikkan air mata, ada rasa malu, ada rasa rindu ingin bertemu. Dari semua rasa yang saya rasakan yang terucap sejak saya menjadi mualaf hingga sekarang adalah saya ingin ALLAH bangga pada saya , saya ingin membahagiakan ALLAH seperti ALLAH membahagiakan saya sekuat semampu saya setulus hati dimana saja kapan saja. ALLAH Maha mengetahui segala isi hati dan saya yakin ALLAH lebih dekat dari segala isi hati. Salah satu mukzizat ALLAH adalah saya tiba-tiba jatuh sakit 2 hari sebelum keberangkatan.

Rasa sakit yang luar biasa yang belum pernah saya rasakan. Secara fisik saya sampai berguling guling di lantai dan menggigil menahan sakit. Obat penghilang rasa sakit tidak ada satupun yang bekerja. Saya memeriksakan diri ke RS, hingga dilakukan pemeriksaan darah dan urine lengkap. Tapi semua tes tersebut memberikan hasil negatif.

Sehari sebelum keberangkatan kondisi saya memburuk, saya hanya bisa memohon kepada Allah dan bergumam dalam hati, semoga saja saudari tercintaku (salah seorang sahabat keluarga kami) masih punya air zam zam. MAHA SUCI ALLAH, MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG LAGI MAHA MENDENGARKAN, beberapa jam kemudian sahabat baik keluarga kami dan suaminya itu, datang menjenguk membawakan air Zam Zam.

Pecah tangis saya begitu melihat apa yang dibawa oleh sahabat kami. YA ALLAH ALHAMDULILLAH, SESUNGGUHNYA ALLAH SELALU MENGAWASI HAMBA HAMBANYA DAN TIDAK ADA SATU HAL TERKECILPUN YANG TERLEWATKAN DALAM PENGAWASANNYA DAN SUDAH MENJADI KETETAPANNYA.

Kondisi saya berangsur membaik dalam hitungan jam, saya pergunakan waktu yang tersisa sebelum keberangkatan umrah untuk menyelesaikan tugas saya sebagai istri, sebagai hamba ALLAH. Saya mencoba dalam keseharian saya menganggap hari ini adalah hari terakhir saya di dunia, maka saya terpacu untuk berusaha melakukan segala sesuatu setulus hati, sekuat semampu saya, sebaik baiknya hanya untuk ALLAH semata.

Saya bersihkan seluruh rumah, tidak saya tinggalkan cucian kotor, saya sirami semua tanaman, saya titipkan pesan kepada orang-orang terdekat, karena saya tidak ingin menyusahkan orang orang terdekat dengan segala sesuatu yang seharusnya saya bisa lakukan dan selesaikan sendiri.

Niatan umrah saya adalah sebenar benarnya bersih secara lahiriah dan batiniah yang saya usahakan dengan ketulusan hati bersama ALLAH. Saya siapkan pakaian umrah untuk saya dan suami yang paling indah dan bersih. Saya ingin berkunjung ke rumah ALLAH sebagai hamba yang tahu menempatkan dirinya, mempunyai adab yang baik dan benar, dan keinginan untuk membawakan dan memberikan ALLAH rasa syukur dan terima kasih saya yang tidak terucapkan, kerinduan saya kepada ALLAH, dan segala pujian yang mampu saya sampaikan.

Ternyata ujian belumlah usai. Sakit saya kambuh di pesawat dalam perjalanan menuju Jeddah, saya menangis menahan sakit, saya berdoa dalam sakit saya; “Ya ALLAH Ampunilah hamba, perkenankanlah hamba menjalankan ibadah umrah ini, bilamana sudah sampai waktu hamba untuk kembali keluarkan lah hamba dengan cara yang baik” Ya ALLAH saya sungguh tidak ingin merepotkan orang orang di sekitar saya karena sakit ini, hamba mohon bantulah hamba menguatkan diri hamba ini” Sungguh ALLAH MAHA PELIMPAH KASIH YANG MAHA MEMILIKI KELUHURAN DAN KEMURAHAN

Obat berupa suntikan yang di berikan dokter di Jeddah tidak mempan sama sekali. Meskipun demikian, saya katakan pada dokter dan suami saya saat itu bahwa saya sudah tidak apa apa.Dalam pikiran saya, saya harus berangkat ke Madinah. Tidak ada sesuatupun dapat menghalangi hambaNYA untuk bertemu dengan Tuhannya kecuali ALLAH itu sendiri.

Saya mencoba tersenyum dan menjawab kepada setiap orang yang bertanya apakah keadaan saya sudah membaik, saya selalu mengatakan Alhamdulillah sudah membaik. Padahal sesungguhnya saya merasakan rasa nyeri yang amat sangat. Ketika sudah duduk di kursi paling belakang bersama suami dan adik-adik, saya tidak tahan untuk tidak memegang bagian badan yang sakit, air mata mengalir, keringat bercucuran tubuh saya gemetaran.. yang terucap hanyalah “La Hawla Wala Quwwata Illa Billah”

Sampai suatu waktu saya mendengarkan suara yang terhujam dalam hati, “Bersabarlah, bahwa sesungguhnya kesabaran dan keimananmu sedang diuji, dan tidaklah Allah menguji hambaNYA melebihi kesanggupannya, bersabarlah bahwa sesungguhnya segala sakit yang kamu rasakan akan hilang setelah memasuki tanah haram”

TERIMA KASIH YA ALLAH YANG MAHA MEMPERKENANKAN, YANG MAHA MENYAKSIKAN
SEGALA PUJI HANYA UNTUK ALLAH DAN TIADA KATA YANG MAMPU HAMBA RANGKAIKAN UNTUK MENGUNGKAPKAN SEGALA RASA DIHATI

Benarlah apa yang telah saya dengar, hilang semua rasa sakit begitu bis yang kami tumpangi memasuki tanah haram. Saya berusaha menahan tangis tidak ingin jemaah yang lain mengetahuinya. Rasanya tubuh saya ringan sekali tapi hati saya berat penuh rasa rindu, hingga sesak dada ini menahan tangis. Subhanallah, Alhamdulillah… terus menerus terucap dalam hati hingga tidak terasa kami sudah sampai di hotel.

Sebelum menuju masjid saya mandi dan mengganti pakaian saya dengan yang baru. Saya melangkahkan kaki menuju gerbang masjid Nabawi dengan penuh rasa riang di hati. Namun apa yang saya temui ketika berada di pintu masjid adalah orang-orang berebutan masuk saling dorong tidak ada yang mengantri. Saya terdiam menunggu giliran untuk masuk dan diperiksa oleh para askar. Salah satu dari askar itu melihat kearah saya , memanggil saya dan membiarkan saya masuk tanpa disentuhnya.

Pada saat saya memasuki mesjid terucap doa dalam hati, ”Ya ALLAH jangan biarkan hamba memasuki rumahMU dalam keadaan kotor, dan tidak punya sopan santun dan hamba mohon tempatkan lah hamba didalam mesjid ini dimana Engkau berkenan menempatkan hamba, dan jadikanlah hamba dapat mengambil pelajaran dari apa yang ada di hadapan hamba”

Saya sungguh bersedih hati melihat bagaimana sikap orang orang saat memasuki masjid Nabawi, banyak di antara mereka adalah bangsa Indonesia. Sebagai mualaf, saya sungguh bingung melihat adab mereka. Menurut saya, saat bertamu ke rumah ALLAH seharusnya kita jauh lebih sopan dan lebih santun, dibandingkan bilamana kita hendak bertamu ke rumah manusia. Bila benar kita pengikut Baginda Rasulullah SAW, kita tidak akan melakukan hal di atas, ini menunjukkan kita sungguh tidak menjaga nama baik Rasulullah, tidak juga menunjukkan kecintaan kepada Rasulullah yang telah bersusah payah mengorbankan semuanya untuk kebaikan kita. Seorang yang mengaku sebagai hamba Allah, pengikut Rasullulah , mengaku sebagai seorang muslim, akan terlihat dari bagaimana hamba itu menjaga dan merawat kebersihan tubuhnya, mengucapkan kata kata yang baik, berpikir yang baik dan seharusnya memperlihatkan adab yang baik. Begitu banyak kejadian selama saya di dalam masjid yang membuat saya menangis sedih, merasa tidak mampu melakukan apapun untuk merubahnya. Begitu mudahnya tanpa rasa bersalah, seseorang melewati dan melangkahi orang lain yang tengah bersujud.

Mereka memaksa saya untuk melangkahkan kaki melewati orang yang tengah bersujud tapi saya tidak bergeming. Saya biarkan orang itumengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak saya mengerti. Sampai akhirnya ada yang melihat tingkah laku saya dan mempersilakan saya lewat di sebelahnya tanpa harus melangkahi orang yang tengah bersujud tadi.

SUNGGUH ALLAH MAHA KUASA ATAS HAMBA HAMBANYA

Dengan mudah ALLAH membulak-balikkan hati manusia, sungguh mengerikan bilamana ALLAH berkehendak mengungkapkan keburukan seseorang di hadapan orang lain sementara dia merasa mendapatkan petunjuk, melakukan kerusakan di muka bumi tapi merasa mengadakan perbaikan dan bersikap sombong terhadap makhluk ALLAH.

Beberapa peristiwa lain terjadi ketika saya berada di Mekkah. Saya merasa takut hal itu terjadi pada saya. Ketika sedang menjalankan shalat zuhur saya merasakan takut yang luar biasa, rasanya seperti seluruh isi langit dan bumi runtuh menimpa saya. Saya merasakan kemurkaan yang tidak berujung, ketakutan yang tidak mampu saya ungkapkan melalui kata-kata, kemudian ketakutan itu berubah menjadi ketakutan kehilangan ALLAH, lalu saya sesegukan menangis dan berdoa:

“ YA ALLAH YA RABB, HAMBA MOHON AMPUNANMU MOHON BELAS KASIHAN MU KEPADA HAMBA YANG TIDAK PUNYA DAYA UPAYA KECUALI DARIMU YA RABB, JANGAN SIKSA HAMBA DENGAN MURKAMU KARENA HAMBA TIDAK AKAN MAMPU MENANGGUNGNYA, HAMBA AKAN MUSNAH YA RABB”

“ YA ALLAH YA RABB, HAMBA MOHON JANGAN PERNAH TINGGALKAN HAMBA WALAU SEKEJAP SAJA KARENA HAMBA AKAN TERSESAT, HAMBA AKAN LALAI, HAMBA AKAN MELAKUKAN KESALAHAN YANG MENJAUHKAN HAMBA DARI MU YA RABB’

“YA ALLAH YA RABB BANTULAH HAMBA UNTUK BISA LEBIH BERSABAR DAN JADIKANLAH KESABARAN HAMBA SELUAS LANGIT DAN BUMI

“YA ALLAH YA RABB AJARKANLAH HAMBA UNTUK BANYAK BERSYUKUR LAGI PANDAI BERSYUKUR DAN JADIKANLAH RASA SYUKUR HAMBA SELUAS LANGIT DAN BUMI

“YA ALLAH YA RABB PERKENANKANLAH HAMBA MENCINTAIMU SEPERTI ENGKAU MENCINTAI HAMBA, DAN HAMBA MOHON JADIKANLAH KECINTAAN HAMBA KEPADAMU ABADI”

“YA ALLAH CUKUPLAH ENGKAU UNTUKKU”

“DAN TIADALAH TUHAN SELAIN ALLAH YANG AKAN HAMBA SEMBAH”
AMIN YA RABBAL ALAMIN

Tiada nikmat yang lebih indah tiada karunia yang lebih besar daripada menginginkan hanya kedekatan dan keridhaan Allah semata

Tiadalah saya mampu menuliskan kata demi kata tanpa Allah berkenan didalamnya
Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Terima kasih ***** yang telah menjaga dan membantu perjalanan kami, hanya doa setulus hati yang bisa kami mohonkan kepada ALLAH, cukuplah hanya ALLAH yang mengetahui dan cukuplah ALLAH sebagai saksi.

Wassalamu’alaikum
L.I.A
(Alumni Holiday Journey Edition – Juni, 2012)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *