epulangnya dari medan perang, Rasulullah SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya kepada Siti Aisyah. Maka Siti Aisyah pun menceritakan tentang kedatangan seorang pemuda dari negeri Yaman tersebut. Rasulullah SAW pun menjelaskan bahawa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit dan sangat terkenal di langit. Mendengar perkataan baginda Rasulullah S.A.W, sayyidatina ‘Aisyah R.A dan para sahabatnya tertegun. Menurut ‘Aisyah R.A memang benar ada yang mencari Nabi S.A.W dan segera pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah S.A.W bersabda: “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya. Sesudah itu Rasulullah S.A.W, memandang kepada sahabatnya Umar bin Khattab dan bersabda:
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi.”
Tahun terus berjalan, dan tidak lama kemudian Nabi SAW wafat, hinggalah sampai waktu khalifah Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq R.A telah digantikan dengan Khalifah Umar R.A. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi S.A.W tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk mencarinya bersama.
Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, mereka berdua selalu bertanya tentang Uwais al-Qarni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais al-Qarni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar dan Sahabat Ali mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka.
Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qarni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar R.A dan sayyidina Ali memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan solat. Setelah mengakhiri solatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabat tangan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Rasul.
Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,
“Siapakah nama saudara (?)”
“Abdullah.” Jawab Uwais. Mendengar jawapan itu, kedua sahabat pun tertawa dan mengatakan,
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya (?)”
Uwais kemudian berkata “Nama saya Uwais al-Qarni.”
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, dia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan sayyidina Ali memohon agar Uwais berkenan mendoakan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah,
“Sayalah yang harus meminta doa daripada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata,
“Kami datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar daripada Anda.”
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qarni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar R.A berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitulmal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata,
“Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.” Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam dan tidak terdengar beritanya.
“Dialah Uwais al-Qarni, tidak terkenal di bumi tapi sangat terkenal di langit.”
The end
(Dari Berbagai sumber)