Dilema Dua Pilihan Mulia
Masih ingatkah Anda pada sebuah cerita sahabat Rasul yang lebih memilih membelanjakan harta bekal perkawinannya, untuk dibelikan seperangkat alat perang, dan memilih menuju medan pertempuran. Panggilan Allah dengan jihad-nya lebih ia prioritaskan ketimbang waktu pernikahannya yang juga bersamaan, padahal jauh-jauh hari ia mendambakan sebuah rumahtangga dengan pernikahannya bersama gadis yang ia cintai. Tetapi dengan niat yang kuat dan rasa cinta yang menggelora terhadap Rabbul Izzati, ia korbankan semua impian itu. Sangat manusiawi ketika pilihan itu datang, gelora jiwa nya pasang surut untuk menggapai dua ketenangan batiniyah. Awalnya gagap, namun surut oleh panggilan jiwa yang tersentuh oleh kuasa Dzat Maha Segalanya. Pun demikian pada fenomena yang terjadi pada salahsatu jemaah Cordova menjelang keberangkatannya ke Tanah Suci, hari Ahad (22/03) kemarin. Dr. Hj. Aditiya Marlina Bintari, mengalami bagaimana dua pilihan antara keluarga (suami) dan Ilahi Rabbi harus berkecamuk dalam batinnya menjelang detik perjuangannya menuju Baitullah. Sang suami, Dr. Didik mengalami kecelakaan lalu lintas dari sepeda motor di kawasan Karawaci, Tangerang, sesaat keberangkatan istrinya ke Tanah Suci. Kontan saja, perasaan Dr. Aditiya menjadi gundah gulana. Diantara rasa khawatir yang menggelayut jiwa, dengan panggilan Allah yang telah menggema.
Dengan penuh rasa was-was dan penuh keprihatinan pada kondisi sang suami, Direktur Rumah Sakit PT. Sari Asih itu, mengurungkan niat untuk berangkat menuju Baitullah bersama rombongan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), yang ada dalam benaknya hanya pertanyaan bagaimana nasib dan kondisi suami tercinta (?). Mengapa kecelakaan itu bisa terjadi (?) Siapa yang nanti akan “mengurusâ€, melayani, menyiapkan makanan, dan mengingatkan minum obat penahan rasa sakit dan nyeri sang soulmate (?). Ibu dua anak, dari Muhammad Rafi Wijayanto dan Medine Kayla Wijayanto itu merasa terpukul dengan peristiwa tersebut. Betapa tidak, saat tujuan suci telah didepan mata, ternyata pujaan hatinya mengalami sebuah kecelakaan. Hati istri mana yang tidak bimbang ketika dipaksa memilih dalam dua pilihan.
Ditengah kebimbangan dan kekhawatiran, setelah meng-cancel perjalanannya menuju Tanah Suci, dan khendak kembali ke rumahnya, tiba-tiba Allah berkehendak lain, dan “Menyentuh†hatinya untuk kembali bergerak menuju track awal, yakni bersama menyambut Panggilan-Nya ke Baitullah. Setelah mendapat izin dan keridlaan dari suaminya, ia kembali memutuskan untuk bergabung bersama smartUMRAH Cordova, meski sesungguhnya – tak dapat dipungkiri- hati dan perasaannya sangat bergejolak. Tetapi ketika Allah telah “Mencelup†(sibghoh) niatan awalnya, maka berangkatlah ibu muda yang konsentrasi magisternya dalam ilmu management rumah sakit itu dengan langkah yang pasti.
Setelah dihubungi melalui telepon selularnya, suami tercinta Dr. Didik menguraikan bagaimana MoGe (motor Gede)-nya itu terjatuh dan mengakibatkan luka-luka memar dan lecet sekujur tubuh. Ketika ditanya adakah bagian tubuh yang mengalami luka paling serius, semisal tulang yang patah, dokter yang hobi mengendarai motor gede itu menjawab dengan nada samar, “Alhamdulillah tidak, hanya luka-luka lecet sekujur tubuh sajaâ€, ungkapnya.
Subhanallah… Peristiwa ini mengajarkan kita, betapa semua pilihan yang sulit direka itu tetap tujuan akhirnya berada dalam “Genggaman†Allah SWT. Semoga Dr. Aditiya bersama rombongan smartUMRAH lainnya mendapat sebuah kemuliaan, kelancaran dan keberkahan dalam pelaksanaan umrah. Begitu juga dengan Dr. Didik, luka dan rasa perih yang dirasa cepat dicabut serta menjadi wasilah pelebur segala alfa. Amin Yaa Rabb!
subhanallah… cerita ini sungguh memikat…
saya suka dengan penulisnya yang entah siapa… sungguh… sebuah kisah nyata ini dituturkan begitu sangat menyentuh… membuat hati saya gerimis:)
segala puji bagi Allah…