Suatu waktu di kehidupan Baginda Rasulullah SAW. Sebuah peristiwa yang selalu membuat kita mencucurkan air mata kendati diceritakan berulang-ulang. Kisah saat Rasulullah menasihati kaum Anshar yang berprasangka buruk kepadanya. Ia disangkakan berpihak kepada kaumnya, Muhajirin dalam membagikan harta rampasan perang Hunain.
Diriwayatkan bahwa Perang Hunain terjadi di tahun ke-8 Hijriyah. Ketika perang dahsyat itu berkecamuk, hampir saja kekalahan menimpa kaum muslimin disebabkan kebanggaan mereka terhadap jumlah mereka yang banyak. Rasulullah kemudian menyeru kepada pasukannya sehingga mereka berhimpun di dekatnya. Situasi kemudian berbalik dan atas pertolongan Allah SWT, pasukan kuffar menyerah kalah.
Seusai perang terhampar harta rampasan perang yang berlimpah. Kemenangan kaum muslimin mendatangkan banyak harta rampasan perang dan tawanan, 6 ribu orang tawanan, 24 ribu unta, 40 ribu lebih kambing dan 4 ribu lebih uqiyah perak. Rasulullah SAW kemudian membagi-bagikan harta rampasan perang kepada para muallaf, pemuka Makkah yang belum lama masuk Islam, untuk mengikat hati mereka dalam menerima kebenaran.
Setelah membagikan rampasan kepada para muallaf, orang yang baru masuk Islam dan orang yang hatinya masih lemah, Nabi Muhammad SAW membagikan sisa harta rampasan perang kepada semua sahabat. Ternyata di antara Sahabat ada yang tidak dapat menerima kebijakan Rasulullah ini. Merekalah kaum Anshar. Padahal merekalah yang paling banyak dilibatkan oleh Rasulullah dalam setiap keadaan kritis. Mereka tidak menerima bagian daripada harta rampasan perang Hunain.
Saad bin Ubadah, seorang sahabat dari Kaum Anshar datang ke tempat baginda seraya berkata, “Wahai Rasulullah, di hati orang-orang Anshar ada perasaan tidak puas hati terhadap engkau karena pembagian harta rampasan perang yang telah engkau lakukan. Engkau membagi-bagikannya kepada kaummu sendiri dan engkau memberikan bagian yang amat besar kepada beberapa kabilah Arab, sedangkan orang-orang Ansar itu tidak mendapat apa-apa”.
Kemudian Baginda meminta agar kaum Anshar dikumpulkan. Setelah mengingatkan orang-orang Anshar bahwa mereka lebih berjasa kepada Rasulullah SAW dari pada orang-orang Quraisy, baginda kemudian bersabda, “Apakah di dalam hati kalian masih terdetik hasrat kepada dunia yang dengan keduniaan itu sebenarnya aku hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam. Sementara terhadap keislaman kalian aku tidak lagi meragukannya? Wahai sahabat Anshar, apakah di hati kalian tidak berkenan jika mereka membawa pulang kambing dan unta, sedangkan kalian pulang bersama Rasulullah ke tempat tinggal kalian? Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk golongan Anshar. Jika para sahabat menempuh suatu jalan di celah gunung dan orang-orang Anshar menempuh suatu celah yang lain, tentu aku akan memilih celah yang dilalui oleh orang Anshar. Ya Allah, rahmatilah orang-orang Anshar, anak-anak Anshar, dan cucu orang-orang Anshar”.
Setelah mendengar sabda Rasulullah SAW yang mengajak mereka mendahulukan akhirat dan nikmat yang besar, mereka pun menitikkan air mata hingga janggut mereka basah lembab dengan air mata sambil berkata, “Kami ridha tindakan Rasulullah dalam urusan bagian dan pembagian”. Setelah itu, mereka puas dan kembali ke tempat mereka semula.