Grand Manasik 1433

Estafeta perjuangan dalam menaburi kemabruran haji sedang dilakoni serius oleh team Cordova. Bahu-membahu antara trisula pucuk pimpinan bersama staff dan hajjguard Cordova dalam memberikan pelayanan yang tidak setengah-setengah bagi para jemaahnya. Jemaah yang sudah dirindukan oleh ka’bah dan makhluk suci lainnya itu, menjadi motivasi yang sangat ampuh tuk melakukan segala explorasi guna meraih impian terbesarnya sebagai haji yang mabrur. Untuk itu, segala perangkat menuju common holy purpose adalah suatu bentuk ikhtiar dalam mewujudkan pelayanan suci. Grand Manasik yang diselenggarakan di sebuah manasik park, Sabtu dan Ahad kemarin menyisakkan kerinduan yang sangat pada Baitullah. smartHAJJ Cordova melakoni setiap etape dengan penuh antusias, mereka melakukan dengan penuh khusyuk laiknya sedang melakukan ibadah haji dengan beragam kondisi seperti di tanah suci. Bagaimana setiap bangunan suci terpampang di setiap sudut arena manasik. Begitu juga figuran-figuran askar (polisi) di tanah Suci, orang-orang Arab, infrastruktur, berikut perlengkapan dan peralatan yang nyaris sama dengan kondisi riil disana.

Tema ‘Best for Last’ dari Grand Manasik ini juga membawa relung jiwa setiap orang yang berada di arena itu, terbawa dengan goal setting yang terbangun. Melakukan ibadah sebaik mungkin, sebelum kematian tiba menghadang. Atau kita jadikan peribadahan haji ini dengan sangat baik, seolah inilah persembahan terakhir kita dalam mengarungi samudra hidup. Terlebih kehadiran Pepeng, Ferrasta Soebardi bersama keluarga. Menceritakan bagaimana penderitaannya selama mengalami sakit Multiple Sclerosis (MS), salah satu penyakit langka di dunia yang menyerang sistem daya tahan tubuh Pepeng. Penyakit ini dapat menimbulkan kelumpuhan di beberapa bagian tubuh penderita. Pepeng sendiri pertama kali mengetahui ia menderita penyakit MS pada tahun 2005, ketika terjatuh dan tidak bisa bangun dari jatuhnya.

Ia menceritakan semua peristiwa yang menimpa dirinya dan keluarga, namun dengan keyakinan yang kuat dan khusnudzon akan karunia ALLAH SWT, maka ia bersama, istri dan keluarganya tegar menjalani semua yang terjadi. Menjadikan segalanya menjadi ladang amal yang harus dikerjakan sebaik mungkin, melakukan yang terbaik sebelum ajal tiba.

The Grand Manasik kemarin, bukan hanya sebagai pengetahuan yang wajib di ketahui jemaah haji, manasik itu juga sebagai momentum ‘pendeklarasian’ ratusan hati yang terikat dalam satu rasa. Yah, satu rasa tuk perjalanan cinta.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Cordova selalu menjadikan manasik sebagai gambaran riil dalam menyesuaikan semua aspek yang terjadi di tanah suci. Meski –tentunya- tidak akan sama persis, namun pendekatan dalam beragam sektor menjadi gambaran smartHAJJ dengan sangat detail. Sebagaimana gaya Cordova, penyampaian materi pun bukan hanya melalui metode tradisional yang acap menegangkan otot, dan mengkatupkan mata, kondisi menyenangkan dalam manasik itu menjadi bekal dalam perjalanan riil-nya nanti.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *