Harian – Rakyat Merdeka – Edisi Jum’at 20 Maret 2009
“Jangan Cari Nikmat Duniawi Ke Baitullahâ€
Wajah para jemaah tampak berseri-seri mendengarkan arahan dari muthawif (pembimbing umrah) Cordova Abila Travel di Hotel Jakarta Bandara Soekarno Hatta. Minggu petang (15/3), sesaat sebelum berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah umrah.
Menurut direktur utama Cordova Abila Travel, Muharom Ahmad, mereka merupakan gelombang pertama dari enam gelombang yang direncanakan dalam bulan Maret ini. “Jumlah jemaah umrah Cordova bulan ini mencapai 320 jemaahâ€. Pemberangkatan jemaah umrah dilakukan secara bergelombang sesuai program khusus yang ditawarkan, yaitu sesuai keinginan jemaah. Para jemaah dipersilahkan memilih hotelnya sendiri. Termasuk memilih jenis transportasinya (Bus dan Pesawat Terbang). “Cordova hanya memfasilitasiâ€, kata Muharom. Namun di balik itu semua, kata Muharom, tim Cordova juga harus mempersiapkan ruh dan hati mereka bahwa mereka berkenan menjadi hamba Allah. Sehingga mereka datang kesana (Tanah Suci) dengan segala kemuliaan duniawi yang diberikan Allah dikembalikan lagi kepada Allah. Cordova berkewajiban menggenapi semua akad terhadap hak para tamu Allah. Akad itu sudah jelas: Hotel, Akomodasi, Transportasi dan lain-lainnya. Maka tidak ada alas an bagi mereka untuk mengingkarinya.
Dengan manasik yang cukup jemaah akan merasa nyaman selama menjalani ritual ibadah. Mereka dating di tanah suci, membawa hati yang suci, menemui Yang Maha Suci, maka akan ketemu nilai kesucian itu. Namun, bagi mereka yang sempit hati, dikasih hotel mewah, paling dekat dengan Masjidil Haram pun, kekurangan sedikit saja akan menjadi problem “Kita boleh saja memberikan fasilitas terbaik. Tapi juga kita harus membekali para jemaah dengan manasik haji (Umrah) yang cukup,†Ujar Muharom. Sebagaimana haji, ibadah umrah juga merupakan perjalanan rohani. Dimana nikmat rohaninya jauh lebih utama. Berbeda kalau kita mengadakan perjalanan ke tempat rekreasi, maka kenikmatan sesaat yang dirasakan. Kemana pun menerima nikmat, melapangkan diri dengan mengatakan pencucian dosa itulah, yang kemudian menjadi hakikat ibadah umrah. Maka wajar kalau Rasulullah SAW Bersabda bahwa : Dari Umrah ke umrah, merupakan penghapusan dosa. Dan bagi haji Mabrur tak ada pahala lain kecuali surga.
“Jadi kenikmatan itulah yang dikejar. Kenikmatan fasilitas hanya sebagai pendukung mencapai hakikat ibadah itu sendiri,†Kata Muharom lagi. DJO