Empat belas abad yang lalu kita telah diperingatkan oleh Baginda Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam akan bahayanya bergelimang dunia.
Sebagaimana diriwayatkan dari Amr Bin ‘Auf al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu Ubaidah Bin Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke Bahrain untuk mengambil jizyah dari penduduknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerima permintaan damai dari penduduk Bahrain dan beliau mengangkat al-Ala’ Bin al-Hadhrami untuk menjadi ‘amir (pemimpin) di sana.
Ketika Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa harta jizyah itu, para sahabat kaum Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah ini. Maka merekapun berkumpul untuk menghadiri shalat shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika telah selesai shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung keluar. Namun mereka berusaha merintangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika melihat mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum kemudian berkata, “Saya mengira kalian telah mendengar kedatangan Abu Ubaidah membawa sesuatu dari Bahrain?”
Mereka berkata, “Benar wahai Rasulullah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.”
(Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)
Di penghujung masanya, Andalusia pecah menjadi 23 kerajaan kecil. Sesama kerajaan ini diwarnai dengan permusuhan. Demikian parahnya hingga ada kerajaan yang berkolaborasi dengan Kerajaan Kristen untuk menghancurkan kerajaan lainnya, padahal mereka adalah saudara sesama muslim.
Granada yang menjadi benteng terakhir pertahanan Umat Islam di Spanyol, akhirnya berhasil direbut tentara Kristen dibawah komando Raja Ferdinand dan Ratu Isabella pada 2 January 1492.
Selebihnya adalah sejarah kelam hingga cahaya peradaban Muslim Spanyol padam. Pembantaian demi pembantaian terjadi,
Ferdinand dan Isabella juga mengeluarkan Dekret Alhambra yang memerintahkan seluruh Yahudi untuk meninggalkan Spanyol. Di tahun 1502 umat Islam diberi dua opsi. Pertama, memeluk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Maka mereka berduyun-duyun meninggalkan Spanyol. Sebagian Muslim memilih masuk Kristen. Meski demikian, diantara mereka ada yang tetap memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi. Inipun masih dianggap sebagai ancaman. Sehingga mulai tahun 1508 apapun yang bernuansa Islam, dilarang. Bahasa Arab dilarang digunakan, anak-anak Umat Islam dipaksa dididik oleh pendeta Kristen.
Di tahun 1609-1614 Raja Philip III mengusir lebih dari 300.000 Umat Islam. Namun anak-anak berusia di bawah 7 tahun dilarang turut serta. Ia tidak ingin anak-anak tumbuh menjadi seorang Muslim di kemudian hari.
Sungguh benar yang dipesankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’”
[HR. Muslim no. 2564]