Suasana Wukuf di Arafah

Arafah (18/12)

“Saat inilah detik-detik termahal yang Bapak, Ibu keluarkan dana untuk ibadah haji,” Ungkap Ust. Mawardi Bahrain menjelang khutbah Arafah jemaah smartHAJJ Cordova 1428 Selasa Siang (18/12). Khutbah dan do’a bersama yang langsung dibawakan oleh Prof. Dr. Satori Ismail ini disetting khusus guna mendukung kekhusyuan hamba yang “merengek” memohon doa pada Sang Pencipta. Siang itu, tidak ada canda, tawa apalagi berlaga kaya (Baca; Angkuh). Semua tertunduk khusyuk dihadapan Allah SWT. Semua sama dihadapan-Nya. Berpakaian serba putih, berteduh dibawah tenda yang serba terbatas.

Mulanya khutbah ini berisikan kondisi bangsa Indonesia yang carut marut dengan sejuta problematikanya. Ust. Satori juga mengajak untuk mendo’akan kemaslahatan bangsa yang selalu dirundung berbagai masalah. Setelah itu, Satori yang juga aktifis sebuah partai Islam ini menjelaskan bagaimana urgennya saat-saat wukuf di Arafah. Do’a yang tak terbatas dan langsung bersentuhan dengan kecintaan Ilahi ini adalah saat yang paling diijabah (diterima) dibanding waktu dan tempat lain. Satori menambahkan, bahwa barangsiapa yang meninggalkan Arafah setelah wukuf di Arafah, dan ia ragu bahwa do’anya tidak akan diterima Allah, maka ia telah berdosa besar. Karena tanpa disengaja telah bersu’udzan kepada Allah SWT.

Suasana haru terjadi sekitar pukul 15:00, setelah membaca doa-doa Arafah. Ustadz Satori, ketua IKADi (ikatan Da’i Indonesia) ini memberikan stimulus dengan pengakuan dosa dihadapan Allah SWT. Isak tangis jemaah Cordova kontan menggetarkan tenda seluas 5×6 ini. Tangisan yang bukan berarti cengeng ini, meluluhkan semua kesombongan yang terikat pada sendi-sendi kehidupan manusia. Bukan hanya didalam tenda Cordova, jutaan manusia di tempat dan hari yang sama itu jua berharap agar tangisan yang mengguyur Arafah ini mampu menjadi bukti kekerdilan kita.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

3 Comments

  • Mahluk yg di banggakan SANG MAHA SEGALANYA itupun menagis..memohonkan ampunan..memohonkan ke mabruran…PADA SAAT DIBANGGAKAN BUKANLAH KITA UNJUK DIRI TAKABUR DAN SOMBONG …PADA SAAT ITU SEHARUSNYA KITA MANUSIA MENGAKUI…WE ARE NOTHING..SEGALA PUJIAN HANYALAH MILIK ALLAH SEMATA..REMEMBER BROTHER…WE ARE NOTHING

    Reply
  • Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah. Dan segala puji hanyalah untuk-Mu.
    Ya Allah, ampunilah segala dosa, kesalahan, kehilafan, kemusyrikan, kedengkian dan ‘kekafiran’ yang pernah kami lakukan. Juga dosa kedua orang tua kami, saudara-saudara kami, anak keturunan kami.
    Tunjukilah jalan yang lurus agar kami selalu berada di jalan-Mu, jalan yang Engkau Ridloi dan bukan jalan yang Engkau murkai.
    Ya Allah, sesungguhnya kami ini adalah kecil, dan Engkaulah yang Besar dan Agung. Kami hanyalah makhluk yang lemah, tak punya kekuatan apapun, tanpa pertolongan dan kekuatan dari-Mu.
    Ya Allah, jadikanlah kami muslim dan mu’min yang taat menjalankan segala firman dan perintah-Mu. Jauhkan kami dari siksa kubur dan api neraka.
    Ya Allah, kumpulkanlah kami bersama orang-orang yang soleh, dan bertaqwa.
    Ya Allah, hamba yang lemah ini memohon pada-Mu yang Agung, panjangkanlah umur hamba, jika kehidupan ini masih baik bagi hamba untuk memperbanyak amal ibadah kepadaMu. Dan wafatkanlah hamba jika kematian itu lebih baik bagi hamba. Ya Allah, ampunilah dosa hamba. Amien.

    Wassalam

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *