Mutiara Dari Momentum Maulid

opini

Hari ini Selasa 15 Februari 2011 bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1432 H. ditetapkan sebagai Hari Kelahiran Rasulullah SAW. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Maulid berlangsung di beberapa tempat, ada yang berlangsung sangat meriah namun tidak jarang pula yang berlangsung sangat sederhana. Perayaan Maulid dibeberapa daerah sudah menjadi tradisi, bahkan ada yang mengarah ke praktik syirik. Mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut, gunung misalkan, pemubadziran makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya yang bertentangan dengan syari’at. Dibalik semua perayaan yang berlangsung tersebut, tentunya ada hal yang paling penting kita maknai, sehingga perayaan itu bukan sekedar seremonial belaka.

Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah SAW. mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.

Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs-nya “Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan”.

Kondisi saat ini membuktikan, bahwa belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat lainnya di semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup.

Seorang ulama mengatakan: “Janganlah kamu terlebih dulu membanggakan sebuah perayaan Islam, yang belum kamu ketahui buahnya. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan itu bukanlah hujan. Tapi yang dimaksudkan dengan adanya awan adalah wujudnya buah-buah dan pepohonan”. Mafhum Mukhalafah-nya, atau pemahaman kebalikannya adalah, Jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Hendaknya jangan terlalu bangga terlebih dulu. Sebab terselenggaranya acara tersebut, baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya (?) Sudahkah terwujud (?).

Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rasulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia.

Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui risalah Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *