Muslim mana sih yang tak ingin pergi mengunjugi Baitullah? Kiblat -yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail- yang biasa dilihat melalui sajadah saat sholat. Muslim mana pula yang tak ingin melihat kota kelahiran Rasulullah ﷺ Makkah? Serta Madinah sebagai tempat beliau membangun Islam dengan jayanya? Bagi setiap muslim, keinginan dan tujuan untuk menjejakkan kaki di Makkah al Mukarramah (kota yang dimuliakan) dan Madinah al Munawwarah (kota yang disinari dan menyinari) seharusnya bukan sekadar keinginan yang terucap lalu menguap begitu saja. Harus ada niatan tersendiri di hati yang terpatri dengan kokoh. Lalu diwujudkan dengan nyata melalui pelaksanakan ibadah Haji ataupun Umrah.
Pertanyaan kapan aku bisa Umrah kerap kali muncul dalam diri ketika melihat kerabat, sanak saudara atau sahabat yang baru saja pulang menunaikan ibadah Haji atau Umrah. Kegiatan tasyakuran atas keberangkatan ataupun kepulangan mereka dari Tanah Suci seolah meletup semangat bahwa diri pun ingin seperti mereka. Adanya hasrat untuk merasakan pengalaman spiritual yang sering diceritakan oleh orang-orang yang telah melaksanakan ibadah tersebut seolah menjadi dorongan yang kuat agar diri merasa lebih dekat dengan Rabbi. Namun demikian, terkadang hasrat dan keinginan tersebut sirna secara perlahan jika mengingat butuh biaya yang tak sedikit untuk menunaikan ini.
Man Jadda Wajada
Ketika semua dikembalikan lagi kepada niat dan kesungguhan sejujurnya tak ada yang tak mungkin. Man jadda wajada artinya siapa yang bersungguh-sungguh dia pasti berhasil. Begitu pula dengan dengan niat melaksanakan ibadah Umrah, jika ada kesungguhan dalam mengerjakan niatan tersebut pasti Allah ﷻ akan wujudkan. Kita yang terkadang terlupa bahwa niatan harus diiringi dengan usaha. Bagaimana mungkin Allah ﷻ akan mengabulkan niatan kita untuk mengunjungi rumahNya jika niat yang ada di hati tak pernah sedikit pun diiringi dengan berbagai usaha.
Kapan aku bisa Umrah? Jika pertanyaan ini muncul lagi dalam diri kita segeralah kita buat aksi nyata dalam mewujudkannya. Bagaimana caranya? Pertama kita luruskan niat bahwa niatan berUmrah yang kita tanamkan dalam hati semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah ﷻ. Lalu kita tulis dan targetkan tahun berapa keberangkatan diri kita ke Baitullah. Menuliskan impian merupakan salah satu cara mewujudkannya. Dengan menuliskannya, kita menjadi tahu berapa lama lagi waktu diperlukan hingga sampai di tahun tersebut. Jika kita sudah tentukan waktunya, saatnya kita mencari tahu segala informasi yang berkaitan dengan ibadah Umrah. Dari mulai ilmu tentang melaksanakan ibadah Umrah itu sendiri hingga teknis dalam menjalankan ibadah tersebut.
Bagaimana mungkin kita ingin melaksanakan ibadah Umrah tanpa tahu ilmunya? Mari kita pantaskan diri dengan ilmu dalam melaksanakan ibadah Umrah melalui hal-hal sederhana. Antara lain membaca buku tata cara pelaksanaan Umrah serta bertanya kepada orang-orang yang berpengalaman pergi ke sana. Sedangkan untuk teknis, kita bisa memulainya dengan meminta brosur travel penyelenggara Haji dan Umrah. Lalu mulai membuka tabungan Umrah dan rutin menyisihkannya setiap bulan.
Back to Allah ﷻ
Selain itu, berdoalah karena doa merupakan amunisi ampuh yang diberikan Allah ﷻ kepada kita untuk meminta. Allah ﷻ sendiri yang berfirman dalam surat Al-Mu’min ayat 60. “Mintalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan.” Berdoa dan mintalah doa kepada orang tua agar niat ibadah Umrah kita dikabulkan oleh Allah ﷻ. Bukankah doa orang tua terutama ibu adalah doa yang mustajab? Lalu yang terakhir kita serahkan lagi ke Allah ﷻ. Karena sesungguhnya Allah ﷻ lah yang memerintahkan diri kita untuk melaksanakan Haji dan Umrah. Berarti Allah ﷻ pula yang akan memampukan dan mencukupkan diri kita hingga sampai ke rumahNya. Tinggal bagaimana kitanya, sudahkah berusaha untuk memantaskan diri agar laik mendapat kesempatan untuk menjejak Baitullah? Agar nantinya pertanyaan “kapan aku bisa Umrah ?” tak lagi menjadi pertanyaan klise yang semu dalam mewujudkannya.
Photo by: Unsplash