Jawaban Kerinduan

Jawaban Kerinduan

Setelah menikah bertahun-tahun lamanya, Nabi Ibrahim dan Sarah tak kunjung dikaruniai anak. Tak kenal putus asa, Nabi Ibrahim tetap sabar dan senantiasa berdo’a.

Sarah kemudian menawarkan Hajar untuk diperistri Nabi Ibrahim. “Hai Kekasih Allah. Sesungguhnya Allah tidak memperkenankan aku melahirkan anak, karenanya menikahlah dengan budakku ini. Mudah-mudahkan Allah mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya. Inilah Hajar. Aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberikan kita anak keturunan darinya, “ kata Sarah kepada Nabi Ibrahim.

Meski pada akhirnya Nabi Ibrahim mendapatkan keturunan dari istri keduanya, Siti Hajar. Menurut Imam Ar-Razi, Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim agar keturunannya dijadikan pemimpin, terutama menjadi Nabi dan Rasul. Nabi Ibrahim akhirnya memiliki keturunan yang kebanyakan menjadi Nabi dan Rasul. Mulai dari Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Ayyub, Nabi Yunus, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi Isa dan penutup para Nabi yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga Nabi Ibrahim Alaihissalam, menjadi salah satu Nabi paling berpengaruh bagi agama samawi, yakni Yahudi, Nasrani dan Islam. 

Suatu ketika Nabi Ibrahim didatangi oleh tamu yang ternyata seorang Malaikat. Ia hendak menyampaikan kabar gembira tentang kehamilan Sarah. Kabar ini pastinya membuat terjut Sarah. Betapa tidak, Sarah saat itu berumur 90 tahun. Bagaimana mungkin dapat dikaruniai anak?

Peristiwa ini diabadikan dalam Al Qur’an, “Sungguh mengherankan, apakah Aku akan melahirkan anak padahal Aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” (Q.S Huud, 71).

Sungguh Allah Maha Besar, menjawab kerinduan Sarah dan Nabi Ibrahim, yakni keturunan yang selama ini dinanti-nantikan. Melalui ketetapanNya, di usia yang sudah tidak muda lagi, istri Nabi Ibrahim itu dikaruniai seorang anak yang kemudian diberi nama Ishaq. Nabi Ishaq sendiri adalah ayah dari Nabi Ya’qub. Dan Ya’qub adalah ayah dari Nabi paling tampan sepanjang masa yakni Nabi Yusuf Alaihissalam.

Demikianlah kisah inspiratif dari Ayahnya para Nabi. Semoga menjadi ibrah dalam mengarungi samudera rumah tangga penuh dengan kesabaran dan ketaqwaan.

Kembali kita meniti jejak kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Sarah. Kala itu Nabi Ibrahim Alaihissalam hendak berniaga ke wilayah Mesir. Ia pun membawa serta istrinya, Sarah. Ketika memasuki Mesir, sejumlah orang mengingatkannya bahwa  di sana tengah berkuasa seorang Raja yang zalim. Penguasa ini gemar merampas wanita yang telah bersuami. Wanita yang sudah menikah pasti merupakan wanita pilihan, demikian pemikiran Sang Raja.

Benar saja, datang beberapa prajurit yang ingin mengambil Sarah untuk diserahkan kepada Raja Mesir. Mereka bertanya, “Siapa ini?”. Nabi Ibrahim Alaihissalam menjawab “Ini saudariku”. Beliau tidak mengatakan “ini istriku”. Ini dilakukan Nabi Ibrahim semata-mata untuk menyelamatkan Sarah. 

Jauh setelah peristiwa ini, kelak di Padang Mahsyar, manusia akan mencari orang yang dapat memohonkan syafaat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebuah masa yang lama, ditengah panas tak tertahankan karena matahari di dekatkan ke manusia. Mereka meminta pertolongan Nabi Adam agar memohonkan syafaat. Namun tak disanggupinya. Nabi Ibrahimpun tak sanggup jua. Ia berkata, “Saya tidak berani, karena hari ini Tuhanku telah marah, belum pernah marah  sebelumnya seperti ini, dan tidak akan marah sesudahnya seperti ini. 

Kemudian Nabi Ibrahim bercerita tentang kesalahan yang membuatnya hilang keberanian untuk menghadap Tuhannya. Rupanya ini karena dahulu saat bertemu prajurit Raja Mesir, ia tak mengatakan yang sebenarnya. Ia mengakui Sarah sebagai saudarinya, bukan sebagai istrinya. Inilah yang membuatnya merasa bersalah. Tiada satupun Nabi yang berani meminta syafaat kepada Allah karena mereka merasa bersalah. Hingga hanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat memohonkan syafaat.

Demi melindungi Sarah, Nabi Ibrahim mengakuinya sebagai Saudarinya, bukan sebagai istrinya. Meski demikian, karena kecantikannya, ia tetap dibawa oleh Prajurit Raja Mesir. Sang Raja terpesona akan parasnya Sarah. Ketika Raja yang zalim ini hendak menjamahnya, Sarah berdo’a agar Allah menyelamatkannya. Tiba-tiba Raja lumpuh seketika. “Apa yang kau lakukan terhadapku?”, Tanya Sang Raja. “Aku hanya berdo’a kepada Tuhanku, agar diselamatkan dari keburukanmu”, jawab Sarah. “Mintalah kepada Tuhanmu, agar aku di kembalikan seperti semula”, pinta Sang Raja seraya berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Maka seketika Sang Raja sembuh. 

Tidak kapok dengan kegagalannya, Sang Raja mencoba menjamah Sarah lagi, namun ia kembali lumpuh. Ia kemudian pulih setelah Sarah mendo’akan kesembuhannya. 

Setelah tiga kali mencoba mengganggu Sarah, akhirnya Ia berjanji tidak akan menjamah sarah selamanya. Orang-orang di Istana pun menjadi saksi bahwa Ia akan membebaskan Sarah. Bahkan Sarah dihadiahkan seorang budah wanita bernama Hajar oleh Sang Raja.

“Keluarkan wanita ini, dari istanaku, karena yang kalian bawa adalah jin,”Ujar Sang Raja.

Pantaslah kalimat ini disampaikan oleh orang yang mengingkari kekuasaan Allah.

Maka pulanglah Sarah membawa Hajar. Ia kembali bersama-sama Nabi Ibrahim menjalani kehidupan rumah tangga. 

Dikutip dari berbagai sumber

 

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *