Glance of Hajj Corner (3)

F. Lokasi ATM

Anjungan Tunai Mandiri (ATM) banyak Anda temukan di tanah suci. Bagi Anda yang tidak terbiasa membawa uang tunai dengan jumlah besar, dan merasa lebih aman menggunakan kartu ATM, tidak perlu khawatir untuk mencari mesin ATM untuk pengambilan saat waktu dibutuhkan. Mesin-mesin itu akan Anda temukan di lantai satu, Hotel Grand Suite Zam-Zam Tower, lantai dasar Hotel Dar At-Tauhid Intercontinental, lantai dasar Hotel Hilton dan lain lain. Bank yang menyediakan mesin ATM antara lain, Bank Ahly, Bank Riyadh, Bank Razhi. Semua fasilitas mesinnya menggunakan Cyrus, sehingga rekening uang di ATM yang berlogo Cyrus akan bisa diambil dengan mata uang lokal (Riyal). Di Madinah Anda juga akan menemukan mesin ATM yang terletak di sekitar Hotel Dar Iman Intercontinental dan sebrang Hotel Al-Harityah. Di Jeddah Anda juga akan menemukan mesin ATM itu di area Cornec-Balad.

G. Pijat Refleksi

Anda mungkin mengira, saat waktu haji tak ada panti-panti pijat yang membantu Anda meregangkan otot-otot badan yang dirasa sangat lemas setelah melaksanakan ibadah haji. kendati demikian, pijat refleksi di tanah suci, tidak seperti yang Anda bayangkan di tanah air. Terlebih di dua kota suci, Makkah dan Madinah. Kalau pun ada, itu hanya terdapat di Jeddah atau tempat yang sulit ditemukan oleh jemaah haji. Pijat yang dimaksud adalah jasa dari para guide/muthawif, atau pelajar Indonesia dari Negara Timur-Tengah yang pandai memijat. Biasanya mereka menawarkan jasa pijat pada jemaah usai melaksanakan haji. Meski tidak professional laiknya tukang pijat di Tanah Air, mereka cukup membuat badan Anda segar dan fit kembali setelah badan dan kaki terasa lelah. Pelajar/mahasiswa Indonesia atau juga mukimin yang pandai memijat banyak Anda temukan di seputar Masjidil Haram. Tidak ada tanda khusus sebagai pengenal bahwa mereka bisa memijat, tetapi untuk menemukan mereka, Anda cukup bertanya, “Ada yang bisa memijat?”, namun jika Anda takut salah menanyakan itu pada sesama jemaah haji yang berangkat dari Tanah Air, Anda bisa meminta bantuan pada petugas haji Indonesia untuk mencarikan orang yang pandai memijat. Harga jasa pijat itu bervariasi, mulai dari 50 Riyal, hingga 100 Riyal.

H. Kursi Roda

Untuk Anda atau keluarga yang merasa tak mampu untuk melanjutkan ibadah karena merasa lelah yang sangat atau sejak awal harus menggunakan kursi roda, tak perlu cemas bagaimana harus mengakhiri ibadah thawaf, sya’i maupun ibadah lainnya. Pun jika Anda tidak memiliki atau membawa kursi roda, Masjidil Haram menyediakan puluhan kursi roda dengan gratis. Anda tinggal menyerahkan atau memperlihatkan identitas jemaah haji, baik berupa id card maupun gelang haji pada petugas kursi roda, letak kursi roda dan pos peminjaman kursi itu terletak di luar masjid, samping area sya’i. tepatnya sebelum elevator samping bukit Safa. Tetapi jika ingin menggunakan jasa dorong, Anda bisa juga memanggil tukang dorong yang banyak mangkal bukan hanya di area Masjidil Haram. Mereka banyak ditemukan di setiap Maktab, atau di pinggiran toko Hilton terutama.

Tanpa aturan tertulis, banyak juga mahasiswa-mahasiswa Indonesia baik dari Kairo, Sudan, Maroko, Jordan dan lain-lain yang menerima jasa dorong bagi Anda atau keluarga. Selain melaksanakan haji, biasanya diantara mereka (para mahasiswa) mengambil kesempatan untuk mencari nafkah bekal kembali ke Negara tempat mereka mencari ilmu. Pun demikian dengan mahasiswa atau santri-santri yang belajar di tanah suci, jika ditawarkan dan punya waktu kosong, mereka siap membantu Anda.
Harga dorongan bervariasi dan disesuaikan dengan moment tertentu, atau kondisi kepadatan jemaah di Masjidil Haram. Misalnya pada saat thawaf Ifadhah, tentu harganya lebih mahal dibanding ketika Anda baru tiba dan melaksanakan thawaf qudum (thawaf pertama). Biasanya, ketika thawaf qudum dan kepadatan jemaah masih relatif kosong, harganya hanya 100-200 Riyal sampai selesai ibadah (meliputi thawaf, sya’i dan dihantar menuju tempat awal menggunakan jasa). Namun jika sudah terlihat jemaah di Masjidil Haram padat (thawaf ifadhah), harga jasa kursi roda (dorongan) itu bisa sampai 200-400 Riyal.

I. Membawa Kamera ke Masjidil Haram

Kondisi saat ini berbeda tentunya dengan lima tahun lalu di Masjidil Haram. Jika dulu, saat Anda hendak masuk, pemeriksaannya sangat ketat. Ketika ditemukan kamera, Anda bisa dilarang masuk, dan bahkan kamera yang Anda bawa bisa dirampas/ditahan. Begitu pula saat berada di dalam masjid, ketika Anda mengambil image ka’bah maupun kondisi dalam Masjidil Haram, kamera Anda akan diambil, lalu isinya di hapus. Tidak jarang kameranya pun ditahan di kantor petugas Masjid.

Namun kini, kondisi itu sedikit berbeda. Meski tetap untuk masuk ke dalam Masjid, Anda akan diperiksa terutama bagi jemaah yang membawa tas atau sebagainya. Pemeriksaannya tidak terlalu ketat, dan sering jemaah lolos membawa kamera digitalnya ke dalam masjid. Saat mengambil photo di dalam masjid pun, saat ini terasa begitu leluasa baik menggunakan kamera digital maupun handphone berkamera. Keputusan melarang jemaah berphoto di dalam masjid sedikit longgar setelah handphone berkamera semarak beredar di pasaran, bak kacang goreng, setiap askar (polisi) Masjidil Haram pun terlihat banyak yang menggunakan handphone berkamera dengan variasi mega fixel-nya.

Meski kondisi seperti ini (longgar mengambil image di dalam masjid), sejatinya saat kaki kita melangkah ke Rumah Allah, Kiblat umat Islam, budaya photo-photo itu bisa diminimalisir. Selain dikhawatirkan, kamera atau ponsel Anda hilang, keseringan berphoto di depan Ka’bah ditakutkan menjadi unsur kebanggaan diri.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *