Rasulullah SAW merupakan pribadi yang paling utama di antara sekian banyak umat manusia. Dia memiliki kesabaran yang luar biasa. Pernah Rasulullah mendapat sebuah tamparan dari seorang Badui. Ini karena dia memutuskan tali penarik timba air, yang menyebabkan timba itu terhanyut ke dalam sumur. Kisah ini terjadi ketika Rasulullah berada di rumah putrinya, Fatimah. Kala itu, seluruh penghuni rumah yaitu Fatimah, dua cucu Rasulullah, Hasan dan Husain, serta Rasulullah sendiri merasa sangat lapar. Tetapi, tidak ada satupun makanan yang bisa dikonsumsi. Rasulullah pun mengikatkan sebuah batu kecil untuk mengganjal perutnya yang sedang menahan lapar. Namun, Rasulullah tidak tega melihat kedua cucunya yang juga kelaparan.
Rasulullah kemudian berniat untuk mencari rezeki agar kedua cucu dan putrinya tidak lagi kelaparan. Di tengah jalan, dia melihat seorang Badui sedang menimba air. Rasulullah segera menghampiri seorang Badui itu. “Hai, Badui. Adakah pekerjaan yang bisa aku lakukan untukmu (?)” Tanya Rasulullah kepada Badui itu.
“Iya,” Badui menjawab. “Apa pekerjaan itu (?)” tanya Rasulullah lagi. “Menimbakan air di sumur ini,” kata Badui itu. Rasulullah kemudian mengerjakan pekerjaan itu, dan mendapat upah berupa tiga butir kurma. Rasulullah memakan buah kurma itu dan melanjutkan pekerjaan.
Rasulullah pun berhasil menimba sebanyak delapan kali. Tetapi, saat kesembilan kalinya, tali timba terputus dan timba itu terjatuh ke dalam sumur. Rasulullah berhenti sejenak dan merasa kebingungan. Melihat hal itu, si Badui menghampiri, memarahi kemudian menampar Rasulullah, dan membayar apa yang sudah dikerjakan Rasulullah sesuai dengan upah yang ditentukan, yakni 24 butir kurma.
Rasulullah menerima upah itu tanpa terlihat wajah marah sama sekali. Kemudian Rasulullah turun ke dalam sumur untuk mengambil timba dan diserahkan kepada Badui itu. Si Badui kemudian meninggalkan Rasulullah, kemudian Rasulullah pulang ke rumah Fatimah. Di tengah perjalanan, si Badui baru tersadar dan tertegun, “Jangan-jangan yang aku tampar tadi adalah Muhammad.”
Kemudian ia dengan sadar memotong tangan yang tadinya dipakai untuk menampar Rasulullah. Darah bercucuran dari lengannya hingga dia pingsan. Beberapa Musafir melihat si Badui itu kemudian mencoba membuat ia tersadar dengan terus menyiramkan air. Dia pun tersadar.
“Musibah apa yang menimpamu (?)” Tanya salah satu Musafir. “Saya telah menampar seseorang yang saya kira adalah Muhammad. Makanya saya potong tangan saya karena takut mendapat musibah,” kata si Badui. Badui itu kemudian menuju masjid untuk mencari Rasulullah. Tetapi, dia tidak menemukan Rasulullah di masjid itu.
Dia kemudian menuju rumah Fatimah dan berteriak-teriak memanggil Rasulullah. Saat itu, Rasulullah sedang mendudukkan kedua cucunya di atas kedua pahanya sambil menyuapkan kurma kepada Hasan dan Husain. Mendengar teriakan itu, Rasulullah menyuruh Fatimah untuk melihat siapakah dia. Fatimah kemudian melihat keluar dan terkaget karena mendapati Badui yang terpotong tangannya.
Dia segera menghadap Rasulullah dan menyampaikan ada Badui yang tangannya terpotong. Mendengar perkataan Fatimah, Rasulullah segera beranjak dari tempat duduk dan menemui si Badui itu. Melihat Rasulullah, si Badui itu kemudian meminta maaf. “Maafkan saya Muhammad. Saya tidak mengenalmu,” kata Badui itu. “Mengapa tanganmu terpotong (?)” tanya Rasulullah penuh keheranan. “Tidak akan kekal tanganku yang telah menamparmu,” jawab si Badui. “Masuklah Islam, supaya kau selamat,” kata Rasulullah menganjurkan. Badui itu masih belum yakin kepada Rasulullah. “Hai, Muhammad. Jika kau memang benar Nabi, perbaikilah tanganku!” kata si Badui.
Rasulullah kemudian menempatkan telapak tangan yang terpotong itu ke lengan asalnya dan mengusap tangan itu. Atas izin ALLAH SWT, akhirnya tangan tersebut kembali tersambung dan orang Badui itu masuk Islam.
(dari Berbagai sumber)