smartJOURNEY Marocco – Spain
Tibalah saatnya bagaimana perjalanan ini mengukir sejarah yang pernah ada, sejarah yang terbentang ratusan tahun. Sejarah kegemilangan Islam di Eropa. Sejarah yang tak pernah padam, bahkan bagi manusia di muka Bumi ini. Sejarah yang membuktikan bahwa Islam tidak hanya berjaya di Jazirah Arab, bahkan berkembang pesat hingga daratan Eropa. Jejak-jejaknya hingga kini masih terpelihara dengan megah, indah dan mempesona. Memanjakan mata dan membuat semua keluarga besar SJ merasakan syahdu yang teramat dalam. Tidak sedikit yang meneteskan airmata, airmata yang mengalir bercampur rasa yang beragam. Ada rasa takjub, bangga, sedih, getir dan penyesalan ketika apa yang di lihat, di sentuh, dan di pijak di depan matanya kini telah berubah fungsi menjadi milik ‘orang lain’, milik agama lain yang seolah adalah warisan mereka. ‘Semua ini adalah milik kita, milik umat Islam, suatu saat kita akan kembali memilikinya’, ujar salah seorang keluarga SA yang penuh khidmat memandangi detailnya mozaik Islam di setiap penjuru istana Al-Hambra.
Perjalanan pertama di Spanyol, peserta SJ berkunjung ke sebuah bangunan indah diatas bukit kota Granada, istana Al Hambra. Dinamakan ‘Al-Hambra’ mengutip dari bahasa Arab yang berarti ‘Merah’. Karena dinding yang masih terlihat jelas pada bangunan ini adalah batu bata merah dengan ukiran khas seniman Islam saat itu. Masuk ke dalam istana peninggalan kerajaan Islam itu –sesungguhnya- bagaikan masuk ke dalam masjid. Kita bisa menyaksikan keagungan ornamen Islam di setiap penjuru.
Hampir seluruh dindingnya dipenuhi kaligrafi Arab dan mozaik Islam yang benar-benar membuat mata sulit tuk berhenti memandanginya. Begitu indah dan detail, tak ayal, takbir dan tasbih kerap terdengar dari mulut peserta smartJOURNEY ini. Bahkan ada seorang Ibu sederhana peserta SJ, yang mengatakan langsung bahwa ia kerap merasakan bulu kuduk-nya merinding dan jiwanya bergejolak, merinding karena takjub merasakan kemulian Islam yang begitu indah, sulit dijabarkan oleh kata-kata. Benar karena hanya dengan mata kepala sendiri, serta jiwa yang menyentuh langsung lah, kejayaan Islam di Andalusia ini benar-benar bisa dirasakan secara gamblang.
Sedikit melangkah ke area taman Al-Hambra. Di dalam taman ini banyak sekali dijumpai kolam-kolam dengan air mancur di sana-sini. Bahkan sejumlah arsitek taman terkemuka dunia mengakui bahwa taman istana Versailles di Perancis dan juga taman-taman di istana Inggris terinspirasi oleh General Life Al-Hambra, di Granada.
Jika diperhatikan dengan seksama, bahwa para pemimpin dan raja-raja Islam di masa lalu, membangun taman indah dengan kolam-kolamnya, air mancur dan sungai yang gemericik suaranya serta tanaman yang beraneka ragam buah dan bunganya karena terinspirasi ayat Al-Quran. “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang takwa adalah (seperti taman) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tak henti-henti…” (QS. 13:35).
Istana ini merupakan satu bukti kejayaan Islam di semenanjung Iberia, atau daratan Eropa. Istana Al-Hambra ini juga sekaligus simbol dan benteng terakhir kekalahan Islam di Spanyol. Banyak yang mensinyalir bahwa kekalahan ini akibat dari sang penguasa sibuk dengan tahta dan kemewahannya, serta lalai akan umat dan agamanya.
Beralih ke kota Cordoba, kota yang kerap memberikan inspirasi bukan hanya dari keindahan kotanya, tetapi juga dari kemajuan peradaban di Andalusia. Kota yang selalu ada dalam benak dan pikiran sebagian besar umat Islam di dunia, kota yang menyuguhkan kemulian Islam dalam beragam aspek, tata kota yang terkonsep rapi, dan satu bangunan yang hingga kini menjadi simbol kota Cordoba, tiada lain adalah Masjid Raya Cordoba, dalam bahasa Spanyol disebut Mezquita. Masjid ini merupakan masjid yang paling masyhur di Andalusia, bahkan di seluruh Eropa. Namun, sekarang masjid ini dijadikan sebagai katedral. Anehnya meski dipakai untuk sembahyang umat Nasrani, tetapi mereka enggan mengganti penamaan Mezquita, yang berarti masjid. So, mereka masih melakukan ibadahnya di Masjid Raya Cordoba.
Di dalam masjid, seluruh kayunya berasal dari pohon cemara Thurthusy. Di atapnya terdapat bermacam-macam seni ukir yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Susunannya dibuat sebaik mungkin dan warna-warnanya terdiri dari warna merah, putih, biru, hijau, dan hitam. Arsitektur dan warna-warna itu, benar-benar menyenangkan mata dan menarik hati. Semua keluarga besar SA tak henti-hentinya bertasbih. Kekagumannya benar-benar melebihi ekspektasi, disaat mendengar dan membaca di buku-buku, bahkan melihat video-video tentang Cordoba. Keindahan dan gemerlapnya lebih apa yang selama ini terdengar. Sulit tuk di ungkapkan. Subhanallah…
Melihat interior Mezquita, kita berasa ada pada masa Salafu Shaleh, ulama-ulama terdahulu, yang lengkungan-lengkungan batu merah dan putih kream itu berasal dari seni islam yang berada di Masjid Nabawi, Madinah Munawarroh. Sebelum keluar masjid, kita sama-sama menghampiri mihrab masjid, -yang entah disengaja atau tidak- penerangan lampunya sangat kurang benderang, bahkan nyaris gelap. Padahal –tepat- di Mihrab ini lah keistimewaan seni Islam yang paling populer di Masjid ini.
Mihrab itu sangat indah. Dihiasi ukiran-ukiran dengan teknik yang sempurna, selain itu terdapat juga mozaik yang dilapisi emas. Di dua arah mihrab ada empat tiang, dua tiang berwarna hijau dan dua lagi berwarna violet kehijau-hijauan. Di bagian ujung dipasangi lapisan marmer yang dihiasi dengan emas, dan warna-warna lainnya. Di sebelah mihrab terdapat mimbar yang keindahannya tak ada yang menandinginya, -menurut guide dan mahasiswa yang menemani SJ- kayunya adalah kayu ebony, box dan kayu untuk wewangian. Konon, mihrab itu dibuat selama tujuh tahun dan dikerjakan oleh tujuh orang ahli, selain tukang pembantu tentunya.
Halaman masjid Cordoba dipenuhi dengan tanaman jeruk dan delima, konon buah-buahnya agar bisa dimakan orang-orang yang lapar dan para musafir yang datang ke kota Cordoba saat itu. Akan tetapi, hal yang sangat menyedihkan adalah karena masjid megah ini berada di bawah kontrol gereja. Menaranya yang tinggi menjulang telah dirubah menjadi tempat lonceng kebaktian gereja untuk menyembunyikan karakter islamnya. Adapun dinding-dindingnya masih dipenuhi dengan ukiran ayat-ayat Al-Quran yang mencitrakan daya artistik yang tinggi.
Pun ketika, rombongan SA ini akan keluar dari komplek masjid, lonceng terus berbunyi menandakan akan dimulainya kebaktian di Mezquita. Mengiri langkah kami menuju toko-toko accessories yang berada tepat di seberangnya.