Behind The Symbol

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak membiarkan sesuatu yang berbentuk salib kecuali pasti ia hilangkan” (HR. Bukhari, Abu Daud dan Ahmad).

Sejak berakhirnya perang salib dengan kemenangan pasukan Shalahudin Al-Ayubi (yang) sekaligus membebaskan tanah suci Palestina dari cengkraman Nasrani pada tahun 1192 M. Mereka (Nasrani) beserta kolega-kolega bangsa Yahudi sepakat untuk membuat sebuah sistem penghancuran muslim dengan perangkat yang berbeda. Dengan memahami kekuatan orang Islam dalam berperang, maka mereka mengalihkan –sementara- pertempuran dengan mengangkat senjata. Mereka sadar, umat Islam tidak akan mudah dikalahkan saat berada di medan tempur. Sehingga mereka berupaya untuk menghancurkan Islam melalui pemikiran. Sadar atau tidak, mereka telah berhasil menghancurkan kekuatan Islam dengan sangat smooth beberapa abad ini melalui ghazwu al Fikr (perang pemikiran).

Lalu apa hubungannya dengan ‘symbol’ yang dimaksud tema diatas (?) Yah, simbol-simbol yang mereka (Yahudi dan Nasrani) tampilkan adalah bagian dari sistematis ghazwu al fikr. Kaum Yahudi modern sangat terkenal dengan simbol-simbol. Sehingga ada studi tersendiri yang mengkaji soal simbol-simbol itu. Simbol yang ditampakkan di depan umum, adalah semacam ‘deklarasi’ bahwa organisasi, kelompok, perusahaan tertentu masih satu bagian dari gerakan mereka. Siapa yang memakai simbol itu, baik paham ataupun tidak dengan yang ia kenakan, maka itu dianggap sebagai kawan, siapa yang tidak memakai, dianggap orang luar.

Ada beberapa orang Islam yang berbeda memandang simbol-simbol tersebut. Ada yang merasa biasa saja, seolah tidak tahu bahwa lambang-lambang (di luar keyakinannya itu) tidak membawa madharat sedikit pun baginya. Bahkan merasa bangga jika ia memakainya. Itulah perangkap yang sejatinya telah berhasil mengunci ‘pikir’ bahwa hal demikian biasa saja. Apatis terhadap sebuah ideologi. Padahal Rasulullah SAW benar-benar telah mewanti akan simbol-simbol kaum yang membenci umat Islam.

Ibnu Hajar Al-Asqolani seorang ulama terkemuka menjelaskan bahwa maksud menghilangkan simbol salib yang tertera dalam hadist Rasul diatas diantaranya dengan cara menghapus jika berupa ukiran di tembok, menggosoknya atau mencoretnya hingga bentuknya tidak tampak. Namun jika tidak mampu melakukannya dengan tangan, maka bisa dengan urutan yang rasul sabdakan ketika melihat suatu kemungkaran. Dengan lisan dan hatinya.

Demikianlah Rasulullah SAW yang memperlihatkan, bagaimana Beliau begitu membenci simbol-simbol umat yang senantiasa memerangi umat Islam. Kendati ‘terasa’ biasa saja dan –mungkin- sebagian orang menyepelekan makna sebuah simbol. Tapi tidak dengan Rasul, simbol yang tampak benderang adalah sebuah perlawanan yang begitu jelas pada semangat ketauhidan.

Biasanya simbol-simbol itu digunakan orang untuk menarik perhatian kekuatan gelap. Mungkin –juga- sebagian dari kita belum sepenuhnya menyadari kekuatan ‘misterius’ dari ‘simbol-simbol’ yang digunakan. Terkadang digunakan sebagai kalung yang melingkar leher, menjadi gelang di pergelangan tangan, atau menyimpannya di dalam kamar. Simbol-simbol itu –sesungguhnya- bukan gambar tak bermakna, namun ada semacam kekuatan jahat di baliknya. Kalaupun tidak ada, maka kita bisa terjatuh pada sebuah hukum tasabbuh jika mengenakannya.

Maka tidak aneh jika ada sebagian orang yang benar-benar konsen untuk mem-protect keyakinannya dengan sangat kokoh. Berdiri diantara perlawan ghozwul fikr yang memerangi Islam secara sporadis, baik berupa simbol yang sengaja untuk me-rimender dan men-save otak untuk terus mengenang simbol itu, atau pun memang tanpa di sengaja.

Termasuk golongan manakah kita (?) Muslim yang cuek bei-beh dengan simbol-simbol itu (?) Atau sebaliknya seorang muslim yang dengan sekuat hati menjadi pembela risalah Nubuwah (?)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *