Jalan yang diperagakan dan diserukan Kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad SAW adalah suatu jalan yang lurus dan tunggal. Ia menjanjikan track yang dilaluinya akan menjamin hidup manusia pada sebuah kenikmatan yang kekal, baik di dunia maupun di akherat. Perkara ia merasa hidup di dunianya susah dan serba berkurang setelah berada di jalan yang benar, adalah sebuah pandangan manusia yang tak lepas dari perhitungan material. Perjalanan yang dijejaki Rasul sesungguhnya adalah undangan surga yang terwejentahkan oleh proses dakwah menuju suatu yang hakiki. Tetapi, disepanjang jalan tersebut, banyak percabangan yang ditemukan. Setiap percabangan menawarkan beragam janji manis sebagai warna yang akan mengabutkan pandangan pada jalan yang telah terbentang. Sehingga undangan-undangan suci dari surga, kerap hanya sebagai “manuskrip” usang yang tidak begitu penting dari proses hidup yang lebih membutuhkan materi sebagai bekal di hari tua. Jalan cabang itu selalu memberikan jaminan untuk meyakinkan manusia agar menuju kenikmatan yang rasanya mustahil naluri nafsu manusia menolaknya. Karenanya Allah SWT berfirman “…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah ta’aala kepadamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-An’am : 153).