Real Man Pray at Masjid !

Real Man Pray at Masjid !

Jelang peringatan Isra’ Mi’raj kembali kita diingatkan akan sesuatu yang krusial dalam hidup kita. Isra` Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, lalu naik menuju Sidratul Muntaha. Di sanalah Baginda Nabi menerima perintah Shalat lima waktu langsung dari Allah tanpa perantaraan Jibril. Waktu shalat yang awalnya 50 kali dalam sehari semalam telah diringankan menjadi 5 kali. Sejak saat itulah shalat melebur dalam keseharian rumah tangga Muslim. Shalat adalah tiang agama dan amalan yang paling pertama dihisab pada hari Kiamat. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk maka seluruh amalnya pun akan buruk.” (H.R. Ath-Thabrani)
Buya Hamka mengibaratkan nilai shalat sebagai angka satu di depan angka sepuluh, seratus, seribu, sejuta, semilyar atau bahkan lebih dari itu. Kalau tidak ada angka satu di depan, maka berapapun angka nol di belakangnya, tidak akan ada gunanya. Berapapun banyaknya amalan kita, tidak akan ada gunanya tanpa shalat.
Sedemikian pentingnya Shalat tercermin pula dari tuntunan Rasulullah dalam mendidik anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud).
Para istri hendaknya tak terbuai dengan cinta buta. Cinta yang dapat menjerumuskan kita kepada rumah tangga yang gelap gulita dari cahaya Shalat. Atas nama cinta dan iba, kita tidak tega “mengganggu” pasangan dengan mengingatkannya untuk shalat di awal waktu. Dia masih lelah, sedang sibuk, atau sekadar asyik nonton tayangan kesukaannya, dan sejuta alasan lainnya.

Cinta seperti ini akhirnya membuat Sang Lelaki kehilangan keperkasaannya. Bahkan terjadi sejak ia kecil. Karena lelaki perkasa bukan sekadar sanggup mengangkat beban berat, tetapi mereka yang sanggup pula menyingkap selimut dan pergi ke masjid saat kumandang adzan Subuh. Tidak sedikit laki-laki perkasa menjelma menjadi Lelaki “Solehah”, karena sholat di rumah sebagaimana wanita. Kejam rasanya, kala kita mengajak Si Kecil shalat Subuh berjamaah di masjid. Hari demi hari terlewati, hingga rasa iba berubah menjadi penyesalan karena Si Buah Hati telah dewasa namun tak kunjung “perkasa”. Apel memang mustahil jatuh jauh dari pohonnya. Inilah kiranya jawaban mengapa masjid dan surau kian tahun semakin sepi. Jadi, jangan biarkan Cinta membutakan kita. Real Man pray at Masjid !.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *