Human Versus Technology

Jika Anda IT mania, atau pecinta teknologi, tentu Anda tahu dua sosok fenomenal Steve Jobs dan Bill Gates yang hingga kini bagai seteru abadi dalam memperebutkan tahta dunia IT. Banyak gosip yang beredar diantara keduanya, Windows mencotek Mac, Mac dibeli Windows, dan lain sebagainya. Tetapi tahukah Anda, bahwa akar utama dari ‘Bratayudha’ ini adalah masalah dua orang luarbiasa yang sukses mengubah cara orang hidup di dunia modern. Mengubah cara pandang manusia untuk hidup lebih praktis, efesien dan mutakhir. Tentu dengan cinta teknologi, Anda satu langkah telah berhasil menyamakan daya pikir Anda seperti yang ada dalam benak kedua orang hebat itu, yakni menciptakan kemudahan pada manusia dalam beraktifitas dan membentuk sesuatu yang sulit menjadi sangat mudah dan simple. Rasulullah SAW pun memberikan isyarat beribu tahun silam, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan kemudahan pada saudaranya. Namun demikian, saya juga tidak mempungkiri bahwa teknologi memiliki dua mata; ia mengandung aspek manfaat, tetapi juga berbahaya bila tidak digunakan sebagaimana mestinya.

Terlepas dari semua itu, saya ingin meng-analogikan teknologi dengan kehidupan manusia di muka Bumi. Setiap saat, dari waktu ke waktu tentu perjalanan teknologi akan mengalami lompatan yang luar biasa. Contoh ketika para gadget freak (penggila gadget), masih terkendala dengan keypad dalam mengakses aplikasi misalkan, lalu munculah teknologi touch screen yang hanya menyentuh lembut bisa membantu Anda dalam mengoperasikannya. Begitu juga ketika Apple meningkatkan kemampuan perangkat lunak iPhone-nya agar dapat mendukung multitasking, sehingga dapat menjalankan banyak aplikasi secara bersamaan. Begitulah seterusnya, teknologi akan terus melangkah dan menyesuaikan dengan kebutuhan manusia. Sedikit saja tertinggal, maka ia kan ditinggalkan jika tidak dikatakan di buang.

Hal ini menandakan manusia fitrahnya adalah terus bergerak, selama otak masih menyambungkan urat-urat syaraf pada setiap persendian, maka pergerakan dalam menciptakan buah karya harus terus digapainya. Lebih ekstrim lagi, selama nyawa masih berdetak dalam raga, apapun kondisinya. Manusia harus terus berpikir dan bergerak, tanpa banyak mengeluhkan pada kemampuan yang ada. Jika sudah tidak berguna, maka –mohon maaf- manusia hanya akan menjadi ‘jari-jari’ yang hanya ikut bergerak ketika roda terus berputar. Bahkan tidak mustahil hanya akan menjadi budak dari teknologi yang terus berkembang. Inilah cikal bakal yang akan mewujudkan salahsatu mata teknologi yang disebutkan diatas, membahayakan pengguna teknologi. Sebagaimana teknologi yang usang dan tertinggal, ia pun kan ‘terbuang’ dari persaingan hidup yang semakin ketat.

Teknologi diciptakan untuk menjadi alat bantu manusia. Ia tahu diri, ketika tidak terpakai lagi, maka ia hanya akan menjadi barang kuno dan hidup di dalam kotak museum, bisa juga ia akan menjadi puing dari rongsokan sampah. Pun demikian dengan manusia, seharusnya tahu untuk apa manusia diciptakan (?). Bagaimana etika hidup dengan manusia, alam dan juga terhadap Penciptanya. Jika tidak ada lagi ‘syahwat’ tuk bergerak dan berbuat yang berguna, maka tunggulah sesuatu yang kan menimpa pada ‘ke-mandeg-an’ pikir, gerak dan sikap kita pada kehidupan.

Sungguh, teknologi mengajarkan kita tuk terus berbuat yang terbaik bagi diri, manusia, alam dan Penciptanya. Namun demikian semoga manusia masih bisa terus menjadi tuan diantara karya teknologi yang tercipta. Sehingga human masih sebagai pengendali pesatnya teknologi.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *