Hajar Hadiah Terbaik

Kala itu Nabi Ibrahim AS sudah menikah dengan seorang wanita cantik nan solehah bernama Sarah. Sungguh kecantikan dan kebaikannya tidak ada satupun yang dapat menandingi. Keduanya hidup berbahagia tinggal berpindah – pindah dari satu kota, ke kota lain. dari negeri Babilonia, Syam, hingga Mesir. Sungguh kesempurnaan hanya milik Allah, tetapi cinta mereka berdua seperti mampu membrantas kelaparan 5 tahun berturut-turut. Walaupun Sarah tidak dapat memberikan keturunan untuk Nabi Ibrahim AS, tidak sedikitpun tersirat dalam benak Nabi Ibrahim AS untuk berlabuh ke lain hati. Untuknya Sarah lah satu – satunya.

Tetapi seperti oase ditengah padang yang gersang, Allah datangkan harapan yang lapang. Dan disinilah sebuah sejarah tercipta tentang kekuatan cinta, harapan dan pengorbanan. Antara Sarah, Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar. 

Siti Hajar merupakan Putri semata wayang dari raja Mesir. Siti Hajar memiliki saudara laki-laki bernama Sanusret. Ia merupakan satu – satunya keturunan yang akan menjadi raja pertama untuk memerintah Mesir. Tetapi pada masa pemerintahan Sanusret, tidak diduga – duga Hexos datang menyerang Mesir dan merampas kekuasaan Sanusret dengan membuhnya. Sanusret wafat ditangan Hexos dan kemudian Siti Hajar dijadikan tawanan perang sebagai budak.

Raja baru mesir ini sangat mencintai keindahan wanita. Sifatnya bak binatang liar karena tidak mampu menahan ghirahnya terhadap wanita layaknya hidung belang. Siti Hajar merupakan wanita cantik nan cerdas. Raja Mesir baru ini tidak kuasa menahan hawa nafsunya untuk tidak menyentuh Siti Hajar. Beberapa kali raja Mesir ini berusaha menyentuh Siti Hajar, tetapi seperti di kutuk raja tak mampu menyentuh hajar. Tangannya terasa lemas dan kaku setiap ia berusaha mendekati Siti Hajar.

Karena kekuatan unik nya ini, Raja Mesir pun kagum kepada Siti Hajar dan memberikan julukan “wanita yang dijaga” untuknya. Seperti sebuah kebetulan, ternyata kekuatan unik ini tidak hanya dimiliki oleh Siti Hajar. Namun, ada satu wanita cantik nan cerdas lainnya yang memiliki kekuatan yang sama yaitu, Sarah kekasih hati Nabi Ibrahim AS. Karena kesamaanya, Raja Mesir menghadiahkan Siti Hajar kepada Sarah sebagai budak.

Ketika tiba dirumah, Nabi Ibrahim AS bingung dengan kehadiran Siti Hajar dan langsung bertanya kepada Sarah “Apa yang terjadi?”. Lalu Sarah menjawab “Allah telah menolak tipu daya raja kafir itu dan ia memberiku pelayan wanita”. Waktu terus berlalu, sementara Sarah belum kunjung hamil sementara usianya semakin tua. Karena kemuliaan hati dan kecintaan pada suaminya akhirnya Sarah memutuskan untuk menawarkan Nabi Ibrahim AS untuk menikahi Siti Hajar agar dapat memiliki keturunan. Lantas Nabi Ibrahim AS terkejut dan berkata “Sesungguhnya aku hanya mencintaimu, dan hanya kamu satu-satunya untukku”. Namun, Sarah bersikeras.

Akhirnya Nabi Ibrahim AS menikahi Siti Hajar dan memiliki seorang anak laki – laki yang dinamakan Nabi Ismail AS. Namun layaknya manusia biasa Sarah dimakan api cemburu. Merasa dirinya tidak dapat memberikan yang terbaik untuk suaminya dan Siti Hajar bisa, Sarah merasa tergantikan. Akhirnya dalam Imam al Tsa’labi (ahli tafsir, 350-430 H) Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membawa Siti Hajar keluar dari rumah dan bayinya Ismail ke Tanah Hijaz (Makkah).

Maka mereka pun berangkat dengan membawa perbekalan seadanya. Pada waktu itu Makkah sangat tandus. Tak ada pohon, tidak ada air, dan sepi sekali dari manusia. Saat itu mereka melihat ada bukit berwarna merah, di atasnya terdapat bekas rumah tua dari dahan – dahan kayu yang sudah mengering, berhentilah mereka. Tidak lama, Nabi Ibrahim AS diriwayatkan oleh al Thabari (838-923 M) langsung beranjak dari tempat itu tanpa menoleh. Semakin jauh Ibrahim meninggalkannya, Siti Hajar lalu mengejar dan bertanya “Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu untuk melakukan ini?”. Tanpa menoleh Nabi Ibrahim AS menjawab dengan singkat “Benar” lalu Siti Hajar menjawab “Kalau Allah yang memerintahkan demikian ini, niscaya dia tidak akan menyia-nyiakan”.

Siti Hajar tampaknya yakin betul dengan Janji Allah. Saat Nabi Ibrahim AS sudah tak lagi kelihatan, Siti Hajar kemudian terdiam dan mengadahkan tangannya berdoa. Siti Hajar kemudian, memandang ke seluruh wilayah di lembah, kosong, gersang dan sangat panas. Lalu ia mendangak dan memandang langit diatasnya sambil berkata “Sesungguhhya, tidak ada kekuatan yang paling dahsyat selain bersersah diri kepada Allah”.

Walaupun terpisah secara fisik akan tetapi kekuatan cinta Siti Hajar dan Nabi Ibrahim AS dengan dibarengi ketakwaannya kepada Allah justru membuatnya semakin kuat :

Ruhnya adalah ruhku, dan ruhku adalah ruhnya

Dan dia memiliki hati dan hatiku adalah hatinya

Dan kami memiliki ruh dan hati yang Satu

Cukuplah dia bagiku, dan cukuplah aku baginya

Waktu berlalu begitu cepat. Perbekalan hidup Siti Hajar dan Ismail pun mulai menipis. Tidak ada air dimana – dimana, air susunya pun sudah mulai kering sementara Ismail kelaparan dan kehausan. Siti Hajar tampak bingung dan gelisah untuk bagaimana ia bisa mencari air ditengah ketandusan ini. Akhirnya dalam kebingungan ia berlari ke atas bukit dan melihat ke bawah. Ia melihat ada sebuah bukit lain, yang kemudian dikenal sebagai Shafa. Ia pun menuju bukit itu untuk mencari sumber air. Tidak terlihat apapun lalu ia kembali mencari dengan mata lelahnya, lalu ia temukan bukit lain yang kemudian dikenal dengan Marwa. Tanpa berpikir panjang ia pun menuju bukit itu. Siti Hajar bolak – balik dari Shafa hingga Marwa sebanyak 7 kali.

Setelah 7 kali bolak – balik dari Shafa hingga Marwa, Siti Hajar pun kelelahan dan putus asa yang kemudian ia memutuskan untuk beristirahat walaupun hatinya tercabik – cabik melihat Ismail yang menangis tak kunjung henti. Tapi kemudian ia ingat untuk berserah diri sambil memandang bayi Ismail dengan penuh harapan akan bantuan Allah. Demikianlah karena kesabaran dan pengorbanan Siti Hajar yang luar biasa, Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menyentuhkan sayapnya ke tanah sehingga muncul mata air yang mengalirkan harapan kehidupan untuk Siti Hajar dan Ismail. Kemudian kepada mata air itu Siti Hajar berteriak gembira “Zumi, Zumi” dan kemudian mata air itu dikenal sebagai Zam – Zam.

Sungguh mulianya Siti Hajar dengan kesabaran dan ketangguhannya hingga Allah mengirimkan berjuta kemudahan dan cintanya melalui hal – hal yang terduga. SubhanaAllah, (DS).

Sources :

https://www.kompasiana.com/abr_mumtaz/55189085a333117607b664eb/belajar-kesetiaan-dari-siti-hajar-ibrahim-as-dan-ismail-as

https://kalam.sindonews.com/surah/37/as-saffat/100

https://www.sakaran.com/2016/11/tulisan-arab-surat-ibrahim-ayat-35-41.html

https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3771014/kisah-siti-hajar-ibunda-nabi-ismail-as-amp-munculnya-air-zam-zam

https://republika.co.id/berita/ps422i440/sejarah-makkah-berawal-dari-perempuan-ini

https://dalamislam.com/info-islami/keutamaan-siti-hajar-dalam-islam

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/06/27/paz7ee313-siti-sarah-wanita-yang-dilindungi-allah-swt

PIT STOP RAMADHAN

PIT STOP RAMADHAN

Dalam ‘sirkuit kehidupan’, laju kencang kendaraan F1 kita telah sejenak singgah di ‘Pit Stop’.

Bahan bakar telah di refill, panel-panel listrik telah di checked & recharged. Ban diganti, dan kaki-kaki telah diperiksa hingga kondisinya oke. Kembali siap melaju.

Demikianlah kondisi kita sekarang. Sebulan penuh kita menempa diri dalam kesabaran berpuasa, mendirikan sholat wajib maupun sunnah, bangun tengah malam qiyamul lail dan sahur, bersedekah berbagi berderma, telah mewarnai hari-hari kita. Recharge kondisi badan dan juga iman.

Maka kitapun kini telah siap, ngebut dan berlomba, kembali mengarungi perjalanan kehidupan selama sebelas bulan kedepan.

Semoga Allah SWT meridhoi dan menerima segala amal ibadah kita di Ramadhan ini, dan masih beri kesempatan berjumpa kembali Ramadhan tahun depan.

Taqobbalallahu minna waminkum, taqobbal yaa kariim. Barokallahu fiikum.

>>Cordova Travel Blog<<

Cordova Takbiran

Ya Allah!
Janganlah Engkau jadikan puasa kali ini
sebagai puasa yang terakhir dalam hidup kami.

Seandainya pun Engkau tetapkan demikian,
maka jadikanlah puasa kami ini
sebagai puasa yang dirahmati,
bukan yang sia-sia.

Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu ‘aamin wa antum bikhairin

Heroes Legacy

Tugu Pahlawan merupakan monumen yang menjadi landmark Kota Surabaya. Tinggi monumen ini adalah 41,15 meter dan berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia.

ALEPPO IS BURNING

Bencana besar tengah melanda Aleppo, Suriah. Pernyataan PBB tersebut disampaikan menyusul serangan bertubi-tubi Rezim Bashar al-Assad terhadap warganya sendiri di kota Aleppo. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, sejak tujuh hari lalu, 202 warga sipil telah tewas. Rumah sakit dan tenaga medis juga menjadi sasaran penyerangan.

Ujian Dari Langit

Setiap kenaikan kelas pasti melewati jenjang ujian, baik di sekolah maupun di kehidupan, karena ujian adalah sebuah sunatullah, “Tidaklah seorang Hamba mengaku beriman, kecuali diuji…”

Iringan doa terbaik dari begitu banyak orang terkasih disekitar kita menembus langit hingga Allah mendengarnya.

Ketika Raja Tiada

Tepat pada hari Jumat pagi (23/01) ALLAH SWT telah memanggil ‘Penjaga Dua Tanah Suci’ keharibaan-Nya. Meninggal di Tanah yang penuh kesucian, menyisakkan tangis dan haru dari saudara, kerabat dan manusia seantero bumi. Sakit yang telah lama menimpanya, adalah penyebab dari kematian Sang Raja berusia 90 tahun ini. Yah, raja Abdullah bin Abdul Aziz telah meninggal di hari barokah (sayyidul Ayyam) dengan selimut mulia tanah suci –yang juga- sebagai tanah lahirnya.

Entah sampai kapan nyawa di negeri para Nabi, Palestina itu akan bernilai. Harganya teramat murah dibanding sepasang sepatu para pemuka Arab yang tak terusik dengan gejolak yang terjadi. Tangisan para ibu yang bayinya gugur dihantam roket, hanyalah sebuah drama klasik, -yang menurutnya- akan terus berulang, dan berharap mereka yang gugur masuk ke dalam surga-Nya. Jeritan anak-anak ketika di bom-bardir oleh persenjataan canggih Israel, tak mampu menggerakkan rasa untuk berbuat ditengah kuasa minyak yang berlimpah.

Awal hingga pertengahan Ramadhan tahun ini, kembali –kita- masih sulit percaya dengan fakta yang terjadi, terbayang ketika pijar api itu menggulung rumah yang bertahun-tahun mereka pertahankan. Dengan keringat, bangunan batu-bata itu tersusun, kini tinggalah ponggahan dan puing yang mengenaskan. Mereka memasang sebuah rumah dalam lekuk aliran darah di mana kepergian adalah juga kepulangan. Di sana, berlapis-lapis musim senantiasa menemuinya dalam hujan.