Ada Awal Dan Akhir

Setiap perjalanan akan berakhir. Lembaran hidup akan dibuka dan kembali tertutup oleh ruang yang membatas. Kehidupan manusia akan diiringi oleh dua kesepakatan. Pertama, saat diberikan ruh dalam rahim Ibu, kita sepakat dan mengakui bahwa tiada Ilah selain Allah SWT, serta sepakat akan menjalankan tugas selama kehidupan berlanjut di muka bumi. Kedua, kita sepakat bahwa kematian adalah gerbang menuju pertanggung jawaban pola hidup di dunia. Selain dua kesepakatan itu, perjalanan manusia juga akan diiringi oleh dua ritual yang mengawali dan mengakhiri kehidupan. Keduanya yakni, adzan dan sholat. Diawali dengan kumandang adzan atau kalimat-kalimat thoyib serta diakhiri oleh proses sholat jenazah. Kedua ritual itu adalah syiar pengkokohan jiwa, bahwa disetiap aliran darah kita, tak kan pernah lepas dari Sentuhan Ilahiyyah dengan ke-Akbar-an-nya. Allahu Akbar (Allah Maha Besar) sejatinya adalah pengakuan diri, bahwa kita (manusia) sejak lahir hingga liang lahat adalah hamba yang terlampau kecil. Hamba yang nothing atas segalanya.

Karenanya, tidak ada alasan untuk mengaku Besar kala Sentuhan suci itu masih menyelimuti diri. Harta yang berlimpah, jabatan yang bertambah dan kendaraan yang mewah bukanlah segalanya tuk menentang kehadiran Izro’il disela tumpukan harta yang menyesakkan. Diantara pembaringan mewah dengan pengamanan ketat sekalipun, maut kan menjemput diri. Dengan serta merta ruh akan berkata Labbaika…Allahumma Labbaika Yaa Allah (kami hadir atas panggilan-Mu Yaa Allah).

Persis dengan seruan berhaji, talbiyyah menunjukan kepatutan diri untuk tunduk dan menjalankan kehidupan hanya untuk Allah. ‘Hayatuna Kulluha Ibadah’ (segala gerak hidup kita hanya untuk ibadah). Karena kesamaan syiar antara melakukan haji dan menyongsong kematian, maka gerakan Let’s Go to Hajj sampai kapan pun tak akan pernah berhenti. Rasul berpesan kepada orang yang berkecukupan untuk menjalankan ibadah haji, tetapi tak pernah sedikitpun terbesit dalam niatnya untuk berhaji, maka jiwanya saat maut tiba hanyalah sia-sia belaka. Ia akan mengambang diantara langit dan bumi.

Sebelum penyesalan tiba, sebelum nyawa terlepas diantara tenggorokan kering, dan sebelum ruah harta menjadi bumerang, maka seruan talbiyyah menuju hadirat Illahi harus menjadi keyakinan jiwa. Karena sesungguhnya pelaksanaan haji adalah “miniatur” perjalanan menjelang kematian tiba. Selain itu, ibadah yang mencakup semua sendi peribadatan antara Khalik dan makhluk, serta makhluk dan makhluk tergambar jelas dalam perjalanan haji. So, diantara awal dan akhir kehidupan, baiknya kita mengisi terlebih dahulu nuansa “alam ghaib” yang tertuang jelas pada pelaksanaan haji.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *