Untuk beberapa saat lagi, seluruh jemaah haji akan merapat pada satu titik ‘penentu’ di ranah yang teramat suci. Birokrasi Kementrian haji Saudi Arabia pun melakukan ‘closing date’ bagi jemaah bervisa haji pada esok hari pukul 04.00 waktu setempat. Semua perjalanan dari Jeddah menuju Madinah tidak diperkenankan lagi, pun demikian dari Madinah menuju Makkah besok adalah hari terakhir. Jemaah semua diarahkan memasuki kota Makkah, untuk bersiap melakoni essential journey dalam perjalanan haji. Semua pantauan mata tertuju pada satu titik yang teramat saklar dalam perjalanan haji. Sebuah inti dari perjalanan haji, jantung dalam pelaksanaan haji, samudra dari segala gerak yang terlangkah, dan ruang yang tiada batas dalam pelebur segala nista. Ia menjadi semacam oase ditengah dahaga jutaan dosa yang membelenggu. Penantian kala tujuh langit terbuka, dan gelombang yang menggetarkan Malaikat penyangga Arsy. Saat itu, airmata menjadi permata yang tiada bandingannya, serta penyesalan akan melenyapkan semua dosa yang telah mengkelamkan jiwa. Amazing moment!

Haji adalah perwujudan perjalanan napak tilas. Pertama napak tilas tempat dan yang kedua adalah napak tilas perjalanan spiritual Nabi Ibrahim. Napak tilas tempat ditunjukkan dengan penyelenggaraan ibadah yang dilakukan di Mekah dan sekitarnya, tanpa bisa digantikan tempat lain dalam keadaan bagaimanapun. Karena disana lah berdiri rumah suci Kabah atau Baitullah dimana semua doa akan dikabulkan. Napak tilas kedua adalah berbagai ritual, semacam sa’i antara Shafa dan Marwah yang dirujuk dari kisah Siti Hajar. Ritual ini adalah refleksi bahwa manusia harus berusaha dan bekerja tidak sekedar menengadahkan tangan berdoa dan seolah-olah semuanya akan dijatuhkan ALLAH dari langit. Sebagai penyempurna dari perjalanan itu adalah Wukuf atau berhenti untuk berinstropeksi, berdoa dan menyesali segala kehinaan diri. Inilah yang akan menjadi penentu dari semua perjalanan haji.

Adapun setelah itu adalah ritual awal perjalanan hidup kembali. Bagaimana menjaga kunci pintu surga, untuk tidak kembali direbut oleh iblis. Maka ritual yang dilakukan adalah pendekatan dan penyerahan diri dengan melakukan –thawaf- Ifadhoh dan melempar jumroh sebagai simbol perlawanan kepada iblis durjana untuk mendekap apa yang didapat saat wukuf berlangsung.

Meski menjadi ‘puncak’ dalam pelaksanaan haji, wukuf tidak semata menjadi ibadah individual dan tujuan terakhir melakoni rangkaian haji (final goal). Alumnus Arafah harus menjadi penyemangat dalam mobilitas vertikal, yang bertujuan agar manusia menjadi terbuka mata hatinya (be aware) terhadap kekuasaan ALLAH SWT yang Maha Agung. Tidak malah menjadi diri merasa agung diantara manusia yang belum merasakan bagaimana edukasi wukuf di Arafah. Ia telah siap melakukan recovery dan revolusi diri atas mentalitas demi kemaslahatan manusia yang lebih luas.

Wukuf sudah pasti akan memapah manusia kembali pada fitrahnya. Sebuah proses ritual penghapusan dosa dan pertaubatan ideal. Semua akan kembali bermula dari Arafah. Untuk semua jemaah haji yang kini sedang menanti “The Essential Journey” termasuk smartHAJJ Cordova, semoga selalu diberikan kesehatan, keikhlasan dan kelancaran dalam memperjuangkan raihan kunci surga sebagai kunci utama kehidupan manusia.

Dalam hitungan hari, smartHAJJ Cordova akan segera melangkahkan tapak menuju Baitullah. Berjumpa dengan jutaan manusia, dengan kesamaan rasa dan airmata. Meninggalkan sementara buah hati dan keluarga tercinta, menunda kehangatan raga dalam pelukan kasih sang mahligai cinta. Dalam hal ini tentunya adalah anak-anak sumber inspirasi nan sempurna. Menggadaikan rasa demi menggapai cinta yang hakiki, hingga harus mengendapkan lara tatkala hati kian terikat oleh buaian cinta sang anak. Tidak mudah meninggalkan buah hati tercinta, jika batin bisa mengucap, ia akan berteriak menggetarkan raga karena sulit tuk membendung linangan airmata sosok yang ditinggal. Buah cinta yang selalu ditimang, didekap, dicium dan disayangi melebihi harta apapun yang dimiliki. Ada dua rasa yang menyelinap dalam jiwa ketika pijakan suci telah tertumpu, rasa rindu pada Sang PEMILIK, dan anugerah cinta yang terpendam. Manusiawi, karena –memang- dua rasa itulah yang akan menghantarkan para ‘manusia suci’ pada kesempurnaan cinta yang didamba.

Bukan tanpa beban –tentunya- ketika Nabiyullah Ibrahim AS. meninggalkan Siti Hajar beserta anak semata wayangnya Ismail AS. ditengah gurun tanpa meninggalkan sedikit pun makanan. Pertempuran batin manusia itu luluh oleh ketulusan cinta pada Sang KHOLIK. Ia hanya yakin bahwa PEMILIK anak dan istrinya tidak akan pernah membiarkan mereka dalam kesengsaraan, terlebih mendzoliminya.Tapak-tapak suci Ibrahim AS beserta keluarganya itulah yang menjadikan sejarah mengabdikan pada etape perjalanan haji hingga akhir zaman.

Pun demikian dengan jutaan calon haji di muka bumi, pertempuran rasa akan selalu mereka hadapi selaku manusia yang memiliki rasa. Namun pada akhirnya perasaan itu akan luluh oleh magnet cinta yang menyerap rasa dengan volume yang teramat dahsyat. Pantas saja jika Rasulullah SAW mengajarkan salah satu doa perjalanan dengan “Allahumma Anta Shohibul fii Safarii Wal Kholifatu Fil Ahly” “Yaa ALLAH Engkaulah yang akan menemani perjalananku, dan menjadi penjaga bagi keluargaku (yang ditinggal)”.

Perjalanan menuju Tanah Suci, sangat berbeda dengan perjalanan kita ke berbagai destinasi di belahan bumi. Jutaan harap menggelayut dalam setiap langkah yang terpijak. Sehingga nuansa ‘melankolis’ yang melibatkan rasa akan sangat terasa baik yang meninggalkan maupun yang ditinggal.

Sebelum pelukan terakhir pada buah hati tercinta, marilah kita tatap dalam-dalam, cium dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Mengajak mereka berdiskusi bahwa perjalanan suci ini adalah jalan menuju kesempurnaan cinta kita kepada mereka. Karena pada hari Arafah nanti, nama mereka akan menggema di atas langit, bersama manusia-manusia yang senantiasa hadir dalam kasih dan cinta kita.

“Bekerjalah untuk dunia-mu, seolah-olah kau akan hidup selamanya. Dan berbuatlah untuk akhirat-mu, seolah-olah kau akan meninggal esok hari”, demikian pesan Nubuwah yang kerap menjadi motivasi setiap kita untuk selalu melakukan yang terbaik dalam setiap hal. Sebelum segalanya berakhir, maka tanamkan niat dalam jiwa, bahwa kesungguh-sungguhan lah yang akan membuahkan hasil yang sungguh-sungguh juga. Jika perjalanan haji tahun ini, kita jadikan seolah perjalanan akhir kita menuju Arafah, maka segala daya upaya akan menjadi prioritas utama dalam setiap langkah. Haji adalah Arafah, hadist shahih riwayat Ibnu Hibban itu sangat jelas menunjukan bahwa puncak ibadah haji sesungguhnya berada saat di Arafah. Semua aspek ‘Legalitas’ haji bermuara di sebuah padang nan luas. Seluruh jemaah berkumpul dengan kesatuan rasa dan kesamaan warna. Membentuk suatu lingkaran harmony diantara keragaman watak dan jiwa.

Demikian lah hari Arafah yang mampu menggetarkan bumi dan langit. Getaran dahsyat bergemuruh turut mengantarkan pujian ALLAH dihadapan malaikat atas hamba-hamba-Nya yang sedang wukuf di tanah Arafah. Hari Arafah, begitu banyak moment peng ’zero’an diri. Pembakaran dosa dan penghambaan jiwa menjadi rangkaian penggenap di hari Arafah. Air mata jutaan manusia membasahi setiap celah pungkahan tanah Arafah sebagai saksi ketakberdayaan. Simbol tauhid yang hanya meng-satu kan ALLAH semarak bergema di langit tak beratap. Langsung berada di hadapan-Nya, tak ada batas, tak ada sekat, tak ada jarak kita dengan-Nya.

Subhanallah…Demikianlah dahsyatnya hari Arafah, sehingga jutaan manusia rela berjubel menahan rasa panas, lesu dan kusut nampak kerutan di wajahnya, tanpa harus bermandi sabun yang serba harum. Namun disisi ALLAH, mereka adalah manusia pilihan yang memancarkan cahaya dari sinar raut wajahnya yang semerbak mengharumkan jagad raya.

Arafah, hari dan tempat yang sangat dinanti jutaan calon jemaah haji seluruh dunia. Tidak terkecuali bagi smartHAJJ Cordova 1432 H. Tak terasa, waktu yang dinanti kian mendekat mengharap sebuah preparation matang dalam merangkai perjalanan suci. Segala persiapan baik fisik maupun psikis sudah harus diperhatikan oleh setiap jemaah. Perjuangan medan haji tidak mudah, tetapi juga jangan terlalu dibuat cemas dan khawatir menghadapinya. Rileks dan tetap berkoordinasi dengan hajjguard Cordova yang setiap saat siap memberikan pelayanan eksklusif. Momentum hari-hari menjelang keberadaan kita di Arafah sangat layak dijadikan ajang persiapan jemaah untuk menggali kekuatan fisik dan psikis. Terutama dalam mengkristalkan aspek religius setiap calon jemaah haji.

Before The Last Arafah adalah kesempatan untuk lebih mematangkan diri dalam menggapai kemabruran haji. Karena sikap dan karakter tak mungkin bisa diciptakan secara instant. Oleh karenanya, jangan biarkan waktu berjalan cepat tanpa arah dan sesuatu yang tak bermakna. Semakin mendekati hari Arafah, semakin jadi persiapan ibadah khusyuk kita mengalami peningkatan. Ikhlas dan sabar menerima sesuatu yang tak sesuai hati, karena saat tiba di Baitullah banyak hal yang tak diharapkan sering terjadi begitu saja. Entah masalah antrian imigrasi, makanan yang tak cocok dan seribu satu masalah lainnya yang siap mempertaruhkan pahala haji kita.

Biasanya setelah libur lebaran, hari pertama kerja menjadi sedikit lebih longgar, entahlah apa karena merasa baru saja bermaaf-maafan, hingga berpikir tidak mungkin diberi punishment jika mangkir pada awal-awal hari kerja pasca lebaran. Atau bisa saja, itu adalah kemurahan para pimpinan perusahaan yang memberikan ruang fresh bagi karyawannya untuk berbenah menghadapi kerja yang normal. Namun yang perlu diwaspadai, jika kondisi seperti itu terlahir dari mentalitas kita dalam mengenyam amanah suatu kewajiban usai mendapat hak maksimal dari perusahaan. Whatever, lebaran telah lewat, liburan telah usai. Kita kembali pada aktivitas sehari-hari. Demikian pula dengan tim Cordova, kembali mengepak ‘sayap’ bersiap melayani para smartHAJJ yang tidak lebih dari dua bulan akan berjuang di Tanah Suci. Sadar bahwa jalannya waktu tak terasa, maka tiada pilihan dalam setiap dentingan jarum jam menjadi sesuatu yang bernilai untuk merangkai impian semua smartHAJJ, yakni haji mabrur. Kembali pada realitas, -bukan berarti selama libur bersama keluarga kita berada di luar kehidupan riil-, tetapi menghadapi kenyataan bahwa didepan kita terdapat medan juang untuk segera menyingsingkan lengan baju agar sigap melayani para tamu-Nya.

Khusus dalam pelayanan smartHAJJ, Cordova memiliki ciri khas dengan HajjGuard-nya (HG). Sebagian team yang menjadi HG menjadi pelayan tamunya salama 24 jam, baik selama persiapan di Tanah Air, maupun ketika perjuangan sedang berlangsung (di tanah suci). HG ini lah yang senantiasa mendampingi para Hujaj Cordova (smartHAJJ) dalam melakukan persiapan meraih predikat haji mabrur. Segala persiapan baik mental, wawasan dan hal lainnya menjadi fokus para HG. Jika diistilahkan HG inilah yang akan memonitoring ‘hidup matinya’ tujuan utama berhaji. Laiknya para guard dalam menjaga sosok very very important person (VVIP), ia akan menjadi tonggak utama dalam merealisasikan tujuan mulia para tamu Allah.

Pun demikian dengan sejarah penamaan smartHAJJ bagi setiap jemaah haji Cordova, tiada lain sebagai goresan sejarah dalam perjalanan haji Indonesia, yakni memberikan pencerdasan jemaah haji dalam berhaji. Mereka tidak hanya dilayani oleh para HG, tetapi jua melayani jemaah haji lainnya di Tanah Suci. Logikanya, ketika para haji telah mampu melayani jemaah lainnya, automatically mereka telah benar-benar paham bagaimana berhaji yang smart untuk dirinya sendiri. Subhanallah…selain sebagai tamu-Nya mereka juga memposisikan sebagai ‘khodim’ atau pelayan para tamu-Nya di Tanah Suci. Dengan demikian, satu-satunya jalan menuju cita mulia itu adalah menciptakan keseriusan yang saling bahu membahu antara HG dan smartHAJJ.

Agenda yang paling terdekat adalah Manasik Integral, Manasik ini akan berlangsung selama dua hari, dan menetap di tenda akan menjadi bagian dari ikhtiar kita tuk menggapai kemabruran haji. Selain dinilai sangat penting, manasik nanti akan menjadi pembuktian bahwa para calon tamu Allah mengikuti sunah tuk belajar dan menggapai manasik yang sesungguhnya. Bukan hanya teori yang kita dapatkan, insya Allah semua gambaran sedetail mungkin mengenai perjalanan haji akan kita dapatkan pada manasik nanti.

Melalui doa-doa dari calon “makhluk suci” (Para tamu Allah), atas izin Allah, Cordova senantiasa menjaga pelayanan yang bonafit, berusaha tuk terus memberikan pelayanan yang smart, guna membantu kesyahduan dan kekhusyuan ibadah. Yaa Rabb…

Laiknya stasiun suci, Allah SWT memberikan ruang waktu agar hamba-Nya senantiasa menjaga keteguhan jiwa dalam merangkai nurani yang suci. Tetap dalam dekapan ilahi, dan selalu terjangkau oleh sentuhan ukhrawi. Setelah melewati sebuah kemenangan hakiki yang terlahir kembali dengan kemulian hari Idul Fitri, kita melaju pada gerbang yang juga menghadapi ‘stasiun suci’ selanjutnya. Anugrah yang Allah berikan berupa ‘spase’ waktu untuk ‘bersuci’ antara Ramadhan dengan hari Arafah adalah ketetapan yang teramat indah sebagai umat Khatamul Anbiya Muhammad SAW. Keep The Faith, menjaga iman kita agar senantiasa bersemi hingga ‘panggilan’ terakhir (kematian) adalah goal setting Islam dalam mengatur kehidupan manusia muslim. Terlebih bagi semua calon tamu Allah, memasuki bulan Syawal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah adalah gerbang menuju pelataran suci yang akan meraih kemabruran hakiki. Seperti yang sering tertuang dalam artikel-artikel islami, bahwa untuk mendapatkan haji yang mabrur dibutuhkan proses ‘pensucian’ diri semenjak dini, tidak instan dan mudah diraih hanya membaca buku dan keterangan tentang pelaksanaan manasik haji. Momentum ‘Kemenangan’ Iedul Fitri lah yang rasanya sangat dominan dalam menjaga keimanan agar terus bersemi.

Bagi muslim yang belum berkesempatan menuju Baitullah, maka Islam memberikan juga kesempatan yang teramat indah untuk mendapatkan kemulian di Sisi-Nya, yakni berupa shaum Arafah disaat jemaah haji berada di Arafah untuk wukuf (9 Dzulhijjah). Di bulan haji terdapat amalan, doa dan munajat yang bila diamalkan akan memperoleh keutamaan yang sangat agung. Amalan-amalan tersebut tidak hanya dikhususkan bagi mereka yang sedang melakukan haji di tanah suci. Tetapi juga bagi kita yang tidak sedang melakukan haji.

Jika kita belum melaksanakan ibadah haji, maka mendawamkan dalam setiap doa untuk selalu berharap bisa melakukan haji. Karena dengannya, harapan kita kepada Allah agar diberi kesempatan, keluasan rizki dan kemudahan untuk melaksanakan haji semakin terlatih dalam setiap pengharapan.

Kembali pada tema diatas, benar bahwa menjaga lebih sulit dari memulai. Pun demikian dengan menjaga sebuah ‘Faith’, rintangan dan halangannya kerap membatasi setiap langkah kita. Bagaimana mengendalikan nafsu, menjadi kepiawaian yang sulit saat sendi dan rongga darah kita selalu dimasuki setan sang penjegal keimanan. Bagaimana menjaga konsistensi iman yang terus berkobar adalah perjuangan niat yang harus konsisten dalam setiap langkah. Namun, atas Kerahiman-Nya, Allah SWT memberikan peluang waktu sebagai ‘stasiun suci’ untuk melakukan pembenahan diri, stasiun suci itu terletak pada dua hari raya umat Islam selain hari Jum’at.

Tujuan akhir kita adalah panggilan terakhir. Karena panggilan terakhir itu tidak bisa di prediksi waktunya, maka hanya dengan ‘Keep the Faith’ lah kebahagian abadi kan diraih. Sejatinya, hari kemenangan Iedul Fitri dan menjelang yaumul Arafah menjadi momentum yang sangat berharga untuk ‘mengkampanyekan’ Keep The Faith dalam perjalanan hidup kita.

Berikut ini adalah dokumentasi foto realisasi kegiatan Connecting Care yang dipersembahkan oleh jamaah smartHAJJ 1431 H untuk korban erupsi Merapi 2010. Connecting Care merupakan bagaian dari kegiatan Wukuf Live smartHAJJ 1431 H yang diselenggarakan pada tanggal 15 November tahun 2010 lalu di Balai Kartini Jakarta. Connecting Care menghubungkan jamaah haji yang sedang melaksanakan wukuf di Arafah dengan keluarganya di Jakarta serta saudara-saudara muslim yang sedang dilanda bencana akibat letusan Gunung Merapi di Yogyakarta.

no images were found

Setiap penghujung ramadhan, selalu saja disetiap pusat pembelanjaan terdapat discount-discount harga atau cuci gudang sekaligus. Discount yang marak itu lumayan memberikan semacam berkah untuk masyarakat luas, karena selain harganya lebih miring dari biasanya, kita juga bisa mendapatkan barang-barang itu lebih dari budget harga awal. Yah, begitulah ramadhan senantiasa memberikan berkah pada setiap manusia. Dimana dan kapan saja selama ramadhan, berkah itu selalu menghantarkan pesan ilahiyyah yang terkadang banyak dilupakan. Begitu pula dengan Cordova, untuk bisa memberikan arti lebih pada jemaahnya, Cordova akan menggelar Cash Back “Berkah Ramadhan”.

Untuk tahun 2009 nanti Cordova memiliki beberapa program yang akan membuat Anda melakukan ibadah haji dengan penuh kekhusyuan. Pengenalan produk ini diharapkan lebih menjadikan wahana pertautan cinta antara Cordova dan Anda akan terjalin dengan sangat erat. Karena lahirnya produk ini semata-mata atas dasar kecintaan Cordova pada jemaahnya, semuanya disesuaikan dengan kondisi yang paling kondusif untuk perjalanan haji yang menyenangkan. Selain smart, elegan dan ber hi-tech, Cordova mencoba untuk memberikan pelayanan lebih pada jemaahnya.