Pray For Egypt




Awalnya, sulit memulai untuk menuliskan bagaimana peristiwa berdarah rakyat Mesir saat ini. Akan berawal darimana penggalan kisah terpijak, semuanya seolah nightmare yang tiba-tiba muncul ditengah kehangatan masyarakatnya. Kemurahan dan toleransinya menjelma menjadi amarah yang memuncak. Darah menjadi kolam yang mengental, nyawa pun tiada lagi harganya. Semua orang terkejut dengan peristiwa berdarah itu. Peristiwa yang terkejam selama negara Mesir berdiri. Peristiwa yang benar-benar tak pernah terpikirkan sebelumnya. Rasanya baru kemarin menyaksikan pembantaian di Syiria, kini mereka rasakan sendiri getirnya jiwa dipenghujung syahid. Pada diri, anak-anak dan keluarga tercinta. Tangisan menjadi ‘ritme’ penyayat hati. Takbir dan doa adalah senjata mereka yang tak berdaya. Menyaksikan didepan mata anaknya menjerit sekejap, lalu senyap pada kesyahidannya. Merengkuh istri yang roboh dari peluru yang membabi buta. Dan menelan ludah melihat Masjid, rumah ALLAH yang dibakar api. Kepongahan dan kedengkian telah mereka perlihatkan pada dunia. Dunia yang terkadang hanya bisa ‘prihatin’ menyaksikan kepiluan itu.

Tak perlu rumit berpikir tentang konflik yang terjadi. Kita cukup menanyakan pada nurani, apakah ribuan jenazah tak berdosa itu bukan sebuah arti (?) Arti kedzoliman yang terpampang di depan mata. Tak usah juga berharap kepada para ahli HAM tuk berbicara, tokh mereka tak kan pernah ‘bersuara’ jika korban menimpa masyarakat muslim. Kalaupun ada, hanya bisa prihatin dan kecewa. Seolah menutup mata, bahwa pembantaian itu adalah pembenaran agar Mesir kembali stabil.

Hancurnya dunia lebih ringan di sisi ALLAH dibandingkan terbunuhnya seorang muslim. Rasulullah pernah Bersabda; Dari Buraidah RA, ia berkata, Rasulullah SAW Bersabda “Dosa membunuh seorang mukmin lebih besar daripada hancurnya dunia. Satu orang Muslim sudah menggetarkan seisi Bumi.

Mari –terlebih dulu- kita lepas kepentingan politik, logika dan agama sekalipun, dalam memahami apa yang terjadi di Mesir. Tapi bersaksilah dengan nurani, apakah genangan darah dan nyawa yang terbantai sesuatu yang dibenarkan (?) Sesuatu yang wajar (?) dan sesuatu yang lebih penting dari sebuah kata ‘demokrasi’ (?). Semua menjadi absurd ketika kebencian terlanjur menyelimuti pada pikir dan gerak mereka.

Tragedi kemanusian ini menjadi momentum yang sangat penting untuk kesatuan umat, terlebih bagi setiap muslim yang berada di Mesir. Bahkan ulama Besar Syeikh Yusuf Qordhawi menyerukan agar setiap muslim yang berada di Mesir, untuk keluar dari rumah-rumah mereka, bersatu dan menolong mereka yang tertindas. Persatuan muslim menjadi kunci kembalinya Presiden legitimasi rakyat Mesir, Muhammad Mursyi.

ALLAHU Musta’an Yaa Misr…

Pic by : The Big Picture

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *