Jiwa Perkasa, Raga Berjaya

Jiwa Perkasa, Raga Berjaya

Jiwa adalah penggerak raga. Tanpanya, hanyalah jasad yang terkujur. Jiwa adalah jantungnya raga. Tanpanya, tiada detak dalam gerak. Semua yang tampak adalah berawal dari jiwa. Jiwa busuk, raga pun kusut. Jiwa adalah cermin dari segala tingkah kita di dunia nyata, semuanya tersumber dari aktivitas jiwa yang bergejolak. Bukan hanya raga yang harus dijaga dan diperhatikan kebugarannya, namun jiwa lebih penting untuk dijaga kebugarannya. Penyakit jiwa lebih merusak dari penyakit raga, namun obatnya teramat murah dibanding penyakit raga yang menggerogoti jasad. Bagaimana raga kan perkasa, jika jiwa terendam dosa. Bagaimana raga akan kuat, jika jiwa terus berkarat. Karenanya, hidup tanpa ‘jiwa’ laiknya sekoci yang terombang-ambing di tengah samudra, tak tentu arah, terbawa oleh hembusan angin yang menerpanya.

Agar Jiwa Perkasa

Ketabahan adalah salahsatu cara penting agar jiwa menjadi perkasa. Ketabahan hati, keteguhan hati adalah topik yang jarang dibicarakan dalam psikologi. Padahal pengetahuan mengenai ketabahan hati sangat bermanfaat untuk keperluan praktis dalam menghadapi segala persoalan hidup, terlebih pada dimensi kehidupan yang saat ini kita lakoni. Ketabahan hati merupakan penyangga yang berfungsi sebagai sumber daya untuk menghadapi peristiwa hidup yang menimbulkan tekanan jiwa, jika jiwa tertekan secara berlebihan, maka efeknya –tentu- akan terasa pada raga yang tampak.

Bahkan seorang tokoh menjelaskan ketabahan hati sebagai komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan bermakna yang menetralkan efek negatif stres. Bahkan dengan ketabahan, seseorang memiliki keberanian untuk berkonfrontasi terhadap perubahan atau perbedaan serta menarik hikmah dari keadaan tersebut. Banyak komponen yang dirasa raga saat ketabahan ini dikuatkan dalam jiwa, ia kan tampak luar biasa dari kacamata mana pun.

Hal lainnya adalah syukur. Bersyukur adalah asupan yang penting juga agar jiwa semakin kokoh dalam mengkomando raga. Syukur adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kesehatan jiwa. Tanpanya, maka jiwa kan tersungkur, raga pun kan takabur. Banyak cara tuk bersyukur, salahsatu yang teramat ringan dan menyenangkan adalah melakukan yang terbaik untuk raga sendiri, menciptakan keindahan raga yang enak untuk dipandang secara kasat mata. Proporsional dalam memberikan rasa syukur atas kenikmatan yang diraih sebagai makhluk yang paling sempurna. Tanpa syukur jiwa kan terkubur.

Selain syukur, jiwa pun membutuhkan asupan ilmu untuk disalurkan pada raga. Dengan pengetahuan, raga lebih leluasa dalam mengembangkan aktivitasnya, menambah percaya diri di segala hal. Tidak tampak polos, bodoh dan terperdaya oleh zaman yang menggelincirkan.

So, tanpa jiwa yang perkasa, tiada raga yang kan berjaya.

Related Post

Malaikat Penolong

Malaikat Penolong

“Allahu Akbar! Tolong ya Allah, ya Rabb” Teriakku berusaha berdiri dari lautan manusia berihram putih…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *