Bertakbir di Gibraltar

smartJOURNEY Marocco – Spain

Perjalanan jemaah SJ di negeri Maroko akan berakhir di gerbang kota Tangier, yah sebuah kota kecil yang berbatasan dengan selat Gibraltar. Kota cantik, yang bernafas angin Afrika dan Eropa telah bercampur menjadi kesatuan yang kokoh diantara penduduk asli Maroko. Kota pelabuhan yang menjanjikan angin segar adalah gerbang perpisahan antara langkah keluarga besar SA dengan ribuan tapak yang terpijak. Dari kota kecil ini juga, perjuangan Islam untuk masuk ke Eropa terkonsep rapi. Bukan hanya pahlawan Thariq bin Ziyad, kisah pahlawan Islam lainnya adalah sang penjelajah dunia, Ibnu Batuta berasal dari kota pelabuhan ini. Sebenarnya, kota ini mirip sebagian kota di Eropa, tak heran jika letaknya dekat dengan Spanyol, hanya dipisahkan satu selat sempit yang berjarak 9 mil saja. Dengan kapal feri, Spanyol dapat dicapai dalam waktu 45 menit.

Karena Tangier adalah ‘tempat’ persinggahan perjalanan SJ untuk menempuh kelanjutan cerita di Spanyol, maka tidak banyak agenda di kota ini kecuali istirahat untuk persiapan esok hari, menyebrangi selat Gibraltar dan perjalanan menuju Granada. Jika dicermati, di Corniche Tangier, yang berupa kawasan water front. Dengan jalan-jalan menyusuri pantai. Di sisi lain jalanan, berjejer restoran, cafe, hotel dan apartement mewah kaum elit. Bangku-bangku kayu disediakan di sepanjang pantai untuk pejalan kaki yang mau melepas lelah.

Tangier

Tidak banyak cerita yang terkupas di kota ini, namun sebagai kota terakhir, tetap saja menyisakkan emosional bagi perpisahan jemaah dengan Maroko, ataupun teman mahasiswa, Risyan Nur Hakim, yang telah menemani perjalanan selama di Maroko. Mahasiswa jurusan Peradaban Islam itu telah menjadi bagian dari perjalanan keluarga SA selama di Maroko. Gerimis hujan yang penuh berkah mengiringi perjalanan feri menuju Tharifah, kota indah di batasan Spanyol, sekaligus gerbang awal menuju daratan Eropa.

Feri yang ditumpangi SJ cukup baik, dengan kursi pullman yang sangat rapi. ada seat yang memutar, ada juga seat theater. Fasilitasnya sangat mewah, kendati demikian, tidak bisa dikatakan mewah sekelas kapal pesiar. Kantin, bar, mini market, toilet dan sarana hiburan terdapat di kapal ini. Ombak tinggi selat Gibraltar, membuat semua peserta hanya duduk di tempat duduk yang juga sangat nyaman.

Ada hal unik yang juga membuat kami bangga, bisa ‘meneteskan’ dakwah meski di tempat asing. Hal itu tiada lain adalah doa safar semua peserta SJ. Karena hampir semua orang (bule) Eropa yang menumpang kapal feri ini bersama jemaah SJ. Ketika semua bertakbir dan melanjutkan doa safar, hampir se isi kapal melihat dan menyaksikan bagaimana kami memanjatkan doa ketika perjalanan di mulai. Setidaknya, takbir masih bergema di negeri ini. Walau kami tahu –pastinya- masih ada muslim-muslim Maroko yang ikut berdoa mengiringi doa-doa safar kami.

Begitu sampai di Pelabuhan Tharifa, Spanyol. Kita kembali menyaksikan bagaimana keluarga Besar SA ini bahu-membahu saling membantu membawa koper-koper besar turun dari kapal menuju dermaga. Karena –memang- di dermaga ini tidak tersedia porter yang membantu membawakan koper dan barang lainnya. Semua berjalan lancar penuh tawa dan senyum. Semua bersama tanpa harus memikirkan terlebih dulu koper dan tas miliknya sendiri. Mereka bersatu membawa beban yang sama. Subhanallah…

Related Post

Cordova GOTCHA

Cordova GOTCHA

Introducing Cordova Gotcha!! Ayo foto candid, apabila Anda menemukan atribut Cordova seperti jaket, syal, koper,…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *