Akhir Bukti Janji

Perjalanan ke Tanah Suci jejaknya telah termaktub sejak zaman azali. Setiap manusia pasti kembali, menuju satu titik yang sangat pasti. Gerakannya selalu penuh arti. Damainya dekapan cinta Ilahi di Tanah Suci, semakin menyadarkan kita bahwa manusia lah yang seharusnya membuat symphony hidup menjadi seimbang. Lembar tangga nada kehidupan sudah ALLAH tetapkan, jika boleh berkata, janganlah biarkan keindahan rasa terhempas mahligai dunia yang menggila, menunggu raga tak lagi bernyawa, tuk dapatkan dimana ALLAH berada. Bersama menjungjung petuah sang Nabi, karena semua itu adalah ‘Akhir Bukti Janji’.

Bumi ini semakin tua, perjalanannya sudah renta, mungkin sudah diambang senja, hingga masa kan berada pada titik akhir bencana. Tiada yang tahu kapan semua episode hidup kan berakhir, namun teramat ruginya manusia yang kan menuju masa akhir, tidak pernah ada rasa tuk berada di Tanah Suci, sedang materi melimpah dan melingkari hidupnya di muka bumi. Yaa Rabb… kuatkan langkah kami dalam mengarungi sisa hidup, yang sedetik pun tak pernah kami tahu kapan saatnya ruh meregang jasad. Jadikanlah kecintaan kami pada kekasih-MU, Muhammad SAW sebagai wasilah syafaat dari bencana abadi yang kan melanda.

Banyak diantara kita yang –mungkin- tidak menyadari, bahwa jiwa kita setiap hari mengalami kematian. Berakhir diatas pembaringan yang empuk. ‘Berwisata’ ke suatu alam yang dikenal dengan Barzah, bertemu dengan roh-roh yang telah tiada, bersenda gurau dengan sosok yang telah lama pergi. Mungkin orangtua, atau juga orang-orang yang kita cintai lainnya yang sudah wafat. Yah, setiap manusia mengalaminya ketika sedang tidur. Disaat itu, ruh dikeluarkan oleh malaikat atas izin ALLAH SWT dari jasad manusia dan dibawa ke suatu tempat di luar alam dzohir. (QS. Az-Zumar : 42).

Perginya ruh disaat tidur itulah sesungguhnya perjalanan singkat manusia pada akhir kehidupan. Hal itu menunjukan bahwa semuanya akan berakhir. Tiada yang kekal, tak ada yang abadi, sebelum semuanya terjadi, maka mari bersama menuju Ridla Ilahi tuk bersimbuh suci atas segala nista diri.

Seperti halnya kematian, tidur pun memiliki arti. Yah, diamnya adalah nasihat. Tidak pernah berkata-kata, tidak pernah melongok. Nasihat itu bisa membuat kita lupa dengan indahnya dunia. Keindahan-keindahannya tidak diperdulikan lagi, kita menjadi sangat pelupa. Dan meyakini semua itu hanya fana. Bahwa keindahan itu hanya sementara, bahwa hidup itu sebentar saja, bahkan sebelum kita sempat sadar, -bisa saja- ternyata hidup kita telah berakhir. Kematian setiap harinya mengelilingi kita, Malaikat Izrail tanpa disadari- berada ditengah kehidupan kita, disela kerongkongan nafas kita, menanti waktu tepat untuk mencabut nyawa kita.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *