7 Karakter ‘PAHLAWAN’ dalam AL-QUR’AN

7 Karakter ‘PAHLAWAN’ dalam AL-QUR’AN

Setiap diperingati Hari Pahlawan, kenangan kita akan kembali kepada deretan nama-nama Pahlawan Nasional yang telah gugur dalam perjuangan meraih Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Namun sejatinya ciri dan karakter untuk menjadi ‘pahlawan’ bisa dan sangat mungkin dilakukan oleh siapa saja.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘pahlawan’ di definisikan sebagai orang yang berjuang dengan gagah berani dalam ‘membela kebenaran’. Dalam Al Qur’an, istilah yang digunakan untuk para pembela kebenaran digunakan kata ‘Rajul’. Secara bahasa rajul berarti seorang laki-laki. Bentuk ganda dari rajul adalah rajula-ni, sedang bentuk jamaknya adalah rijal. Para rijal ini ada pada setiap zaman, baik setelah Rasulullah Muhammad SAW diutus, maupun pada ummat-ummat terdahulu.

Beberapa ciri dan karakter
1. Menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah (untuk berjihad di jalan Allah). Allah SWT berfirman: ”Di antara orang-orang mukmin itu ada rijal, yaitu orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)” (QS. Al Ahzab [33]: 23).
2. Mendukung kebenaran, dan berani mengingatkan penguasa tiran.
Allah SWT mengisahkan rijal pada masa Fir’aun melalui firman-Nya : ”Dan seorang rajul yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena Dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta (QS. Al Mu’min [40]: 28).
3. Takut kepada Allah, dan mengingatkan kaumnya untuk berjihad di jalan Allah. Allah SWT mengisahkan rijal pada masa Bani Israil melalui firman-Nya : “Berkatalah rajulani (dua rajul) diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. Al Maidah [5]: 23).
4. Para rijal senantiasa mengingat Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia. Allah SWT berfirman: “ Rijal yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (QS. An Nur [24]: 37).
5. Mensucikan diri dan memakmurkan masjid. Allah SWT berfirman:
”Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada rijal yang ingin membersihkan diri. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih” (QS. At Taubah [9]: 108).
6. Memberikan saran yang baik kepada utusan Allah demi tegaknya agama Allah. Allah SWT mengisahkan kisah seorang rajul di kalangan ummat Nabi Musa melalui firman-Nya: “Dan datanglah seorang rajul dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu” (QS. Al Qashash [28]: 20).
7. Mengingatkan kaumnya untuk mengikuti agama Allah. Allah SWT mengisahkan rijal pada masa Bani Israil melalui firman-Nya: “Dan datanglah dari ujung kota, seorang rajul dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu” (QS. Yasin [36]: 20).

Namun kata ‘Rijal’ tidak serta merta diartikan sebagai sosok laki-laki, bisa juga para kaum wanita muncul sebagai ‘pahlawan’. Dalam skup kecil, kita bisa menjadi pahlawan bagi keluarga dan lingkungan sekitar kita. Sudahkah terdapat ciri atau karakter pahlawan dalam diri kita ?

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *